Audrey Stephanie dan Rudy Gondokusumo Memperkenalkam Beatrice Clothing dari Bazar ke Bazar

Sarah Christiani | 25 Februari 2017 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Bisnis fashion salah satu bidang usaha yang paling banyak diminati. Selain memiliki pasar yang sangat besar, bisnis fashion sangat menjanjikan dan sangat menguntungkan. Itu sebabnya banyak sekali pemain di bisnis ini.

Pasangan suami istri Audrey Stephanie (28) dan Rudy Gondokusumo (34) salah satunya. Mereka pemilik lini busana Beatrice Clothing.

Beatrice Clothing dirintis Audrey dan Rudy sejak 2013. Berawal dari iseng-iseng, tiba-tiba tercetus ide dari Audrey untuk berbisnis di bidang fashion.

“Sebenarnya passion saya di dagang, sih. Dari kecil saya suka permainan jual beli barang. Setelah dipikir-pikir saya hobi beli baju. Dari situ kepikiran untuk buat baju sendiri dan coba-coba. Ternyata bisa jalan,” ungkap Audrey ditemui di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Produk-produk Beatrice Clothing bukan didesain sendiri oleh Audrey dan Rudy.

“Ada tim untuk desain, karena saya enggak ada latar belakang desain. Cuma semua saya yang konsepkan,” tambahnya.

Beragam produk busana kasual wanita ada di Beatrice Clothing.

“Bajunya lebih ke model kasual. Gayanya yang simpel saja. Pokoknya nyaman dipakai sehari-hari. Kami fokus pada yang diinginkan banyak orang. Kami juga sediakan model-model yang cocok dipakai ke kantor,” jelas Audrey dan Rudy kompak. 

Bermacam model batik yang memunculkan kesan etnik juga tersedia di Beatrice Clothing. Batik yang mereka ciptakan tidak terlihat kaku. Semua bisa memakai, tidak hanya terbatas pada orang tua.

"Ternyata banyak peminatnya. Termasuk anak-anak muda meskipun enggak formal. Baju batik yang kami buat memang enggak terlalu formal supaya semua kalangan bisa pakai tanpa harus takut merasa tua,” tambah Rudy. 

Kelebihan lain Beatrice Clothing terletak pada permainan warna.

“Warna ada macam-macam. Bahkan menurut pelanggan, justru kami terkenal karena bermacam warna yang kami punya. Biasanya untuk 1 model busana kami sediakan dalam berbagai warna. Pembeli kami banyak yang membeli baju dengan model yang sama tapi warna yang berbeda, saking mereka suka dengan model tersebut,” jelas Audrey. 

Rudy menambahkan, mereka terbiasa mengeluarkan 4 warna terlebih dahulu, lalu merilis 4 warna tambahan dalam model yang sama.

“Untuk model best seller bahkan bisa sampai belasan warna,” sergahnya.

Warna putih selalu tersedia di setiap model busana Beatrice Clothing. “Putih itu dipadukan dengan apa saja bagus,” Audrey beralasan.

Beatrice Clothing tidak hanya dipasarkan lewat situs www.beatriceclothing.com. Untuk lebih memperkenalkan produknya, mereka menjadikan bazar sebagai strategi pemasaran utama.

“Kami memulai offline dari bazar di perkantoran. Kemudian kami ikut bazar di mal juga,” bilang Rudy.
Mereka menjadwalkan ikut bazar tiap minggu.

“Branding itu perlu. Makanya, dalam satu minggu kami bisa buka di 4 hingga 8 bazar berbeda. Kami punya jadwal sendiri, jadi kami sudah punya pelanggan setia. Kalau cuma 1 bulan sekali buka bazar di 1 tempat, pasarnya kecil dan yang melihat produk kami sedikit,” kata Rudy. 

Menurut Rudy, dengan sering ikut bazar produknya akan terus diingat oleh konsumen.

“Dengan buka di beberapa tempat secara bersamaan, brand image-nya akan terus muncul di benak konsumen. Meskipun enggak semua bazar menghasilkan profit, tapi dari sana (penjualan) online-nya akan naik dan kami dapat profit. Mereka yakin online shop kami terpercaya, bukan abal-abal,” jelasnya. 

"Dari memulai bisnis berdua kini Beatrice Clothing berkembang pesat. Kesuksesan Beatrice Clothing bisa dilihat secara kasat mata. Mereka kini memiliki kantor dan toko offline di daerah Jakarta Barat.

“Pegawai sekarang ada sekitar 15 orang. Itu di luar kami berdua dan penjahit,” jelas Audrey yang enggan menyebut omzetnya per bulan. Wah, sepertinya laku keras, ya!

 

(sarah/gur)

 

Penulis : Sarah Christiani
Editor: Sarah Christiani
Berita Terkait