Menderita Kanker Membuat Ria Irawan Menegur Pemerintah Soal Pelayanan BPJS

Wayan Diananto | 16 Mei 2015 | 15:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - TIDAK ingin mengobral air mata di depan media agar dikasihani rakyat seantero Nusantara. Dari mana Ria mendapat kekuatan sebesar itu? Mendengar pertanyaan kami, dia kemudian berpikir sejenak.

Kenangan membawanya pada akhir Juli 2014. Kala itu, dia mengurus biaya pengobatan kanker kelenjar getah bening dengan kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Ria dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Bintang sinetron Bidadari Yang Terluka itu mengantre bersama puluhan pasien lain.

Di sana, dia menghadap ke ruang-ruang pemeriksaan yang disekat-sekat. Ada banyak pintu. Saat itu, ia termangu. Benar-benar takut. Mana pintu yang harus dia tuju untuk menyelamatkan nyawa?

“Saat itu, saya seperti mendengar suara lembut membisik: ‘Ria, kamu percaya Aku? Aku yang menentukan hidup dan mati. Serahkan segalanya kepke padaMu. Saya ikhlas”.

Sejak itu, Ria beroleh ketegaran. Kalaupun harus berbagi kisah melawan kanker, dia berbagi dalam semangat. Bukan membagi rasa takut yang justru mengendurkan semangat para penyintas. 

Label penyintas kanker menempatkan Ria di bawah sorot lampu kamera. Media mengeksposnya mulai dari kanker hingga pemakaian kartu BPJS.

Ria beralasan, “Negara wajib melindungi kesehatan rakyat. Itu sesuai amanat undang-undang. Melalui kartu itu saya ingin menegur pemerintah: woi, tolong urusin gue sebagai rakyat kalian".

Teguran itu direspons. Salah satunya, dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Melalui siaran pers, Puan mengatakan pemerintah telah menyiapkan lebih dari 2 juta Kartu Indonesia Sehat sebagai penyangga.

Dengan penyangga itu, jumlah total Kartu Indonesia Sehat yang diterbitkan menjadi 88,4 juta dari rencana semula sebanyak 86 juta kartu.

“Pemerintah, salah satunya lewat Menteri Kesehatan terus berupaya memaksimalkan pelayanan BPJS untuk masyarakat. Salah satunya dengan fokus mengembangkan Puskesmas karena rumah sakit tidak akan mampu menampung semua pasien BPJS. Karenanya, pilihan mengembangkan Puskesmas satu hal yang paling masuk akal,” begitu Puan merespons.

“Saya tahu pelaksanaannya masih banyak kekurangan. Lebih baik dilaksanakan daripada enggak sama sekali,” Ria merespons balik.

(wyn/gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait