Maxime Bouttier: Dari Model Catwalk, Main Band, Kini Eksis di Sinetron dan Film Layar Lebar

Wayan Diananto | 18 April 2015 | 09:29 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - BANYAK  yang menyangka cowok ganteng ini memulai karier bersama Chelsea Islan dalam film Refrain. Kala itu, keduanya diarahkan oleh Fajar Nugros.

Padahal sebelumnya dia pernah tampil di 18++ Forever Love bersama Kimberly Ryder. Sejak itu, Maxime Bouttier (21) membintangi sembilan film dan sejumlah sinetron.

Kariernya tidak dimulai di Jakarta. Maxime dulunya model catwalk di Bali. Ia menjalani karier dengan motif sederhana: menambah uang jajan karena tidak mau menyusahkan orang tua.

“Untuk nongkrong biasanya butuh 200 sampai 300 ribu rupiah. Karena tidak mau menyusahkan orang tua, saya menjadi model. Saat itulah saya bertemu dengan manajer, lalu membahas kemungkinan untuk kasting di Jakarta,” ucap bintang sinetron Arti Sahabat itu. 

Sebenarnya, kasting bukan hal baru bagi Maxime. Ia dulu membintangi iklan sepeda, meski bukan pemeran utama. Agar kasting berjalan mulus, memorinya memanggil lagi kenangan semasa menjadi bintang iklan.

Bersama sang manajer, Maxime mendatangi sejumlah rumah produksi raksasa. Hasilnya tidak mengecewakan, ia dikontrak MD Entertainment. Sebagai langkah awal, aktor kelahiran 22 April ini tampil di sinetron Nada Cinta. Meski hanya dua episode, penampilan singkat itu berefek besar.

Dia dipinang untuk syuting sinetron berating tinggi, Arti Sahabat. Pencapaian yang lumayan apik ini tak serta-merta membuat Maxime yakin berkarier di dunia seni.

“Saya sebenarnya bercita-cita kuliah di Prancis. Saya punya status warga negara Indonesia dan Prancis. Jadi, punya banyak pilihan. Setelah menamatkan SMA serta melewati banyak pertimbangan, saya memutuskan balik ke Jakarta untuk mencari peran. Saya berdiskusi dengan orang tua. Mereka bilang: keputusan ada di tanganmu, yang penting kamu menjalani dengan bahagia.” kenangnya.

Yang membuat Maxime galau cukup lama sebenarnya, nasib band. Di Bali, Maxime mendirikan band. Di Pulau Dewata, banyak band underground. Industri musik Bali, menurut Maxime, seperti ruang yang terisolasi. Artinya, tidak banyak lagu “pasaran”.

Band-band dengan musik underground mendapat respons bagus dari anak-anak muda. Band milik Maxime sempat manggung di Seminyak Square dan memenangkan kompetisi tiga kali. Nama band Maxime berubah-ubah.

Mulai dari Exogenesis, Zero To Five, hingga yang terakhir Bliss. Saat kami mengajaknya kilas balik soal kiprah di dunia akting, ia masih tak percaya. Tidak terbayang bisa syuting layar kaca, apalagi layar lebar. Maklum, kecintaannya terhadap musik hampir mustahil untuk ditawar.

“Ketika kecil saya sering menonton sinetron. Dua judul yang paling saya ingat, Misteri Gunung Merapi dan Bidadari. Saya pikir dulu kualitas cerita lebih terjaga. Sekarang wajah sinetron berubah jauh. Sinopsis dan naskah saya terima hari itu juga. Jadi, saya datang ke lokasi, bertemu kru, menerima skenario, dan baru mendalami cerita saat itu juga atau terkadang mengeksekusi adegan yang kemarin belum selesai,” beri tahu penyuka warna merah itu.

Sisi positifnya, syuting sinetron harian mengajari Maxime beradaptasi dengan suasana spontan dan membuatnya cekatan berimprovisasi. Ia membaca naskah dengan cepat dan menginterpretasikannya secara tepat. Itu sebabnya, Maxime relatif mudah menyerap skenario layar lebar.

 

(wyn/gur)

    

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait