Feminis Muslimah Australia Inspirasi Dian Pelangi dan Barli Asmara

Tubagus Guritno | 17 Maret 2017 | 00:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Salah satu tokoh yang ditemui Dian Pelangi dan Barli Asmara dalam perjalanan "Wardah Fashion Journey" ke Melbourne adalah Susan Carland. Dia adalah tokoh feminis Australia yang merupakan satu dari sedikit warga Negeri Kanguru yang muslimah dan berhijab.

Sehari-harinya Susan Carland adalah seorang sosiolog di Pusat Kajian Australia Nasional atau ‘National Centre for Australian Studies’ di Monash University, Melbourne.

Susan Carland adalah seorang yang menginspirasi banyak orang, khususnya di negerinya sendiri dan negara-negara lain. Bukan hanya karena dia seorang muslimah dengan kisah dramatisnya saat menjadi mualaf, tapi karena jiwa sosialnya yang tinggi dan tak gentar menghadapi segala macam nada sumbang dari “haters” yang menyerangnya.

Salah satu contohnya, Susan mendapat banyak cemoohan sejak dia memutuskan berhijab. Namun dia justru menanggapinya dengan respon yang di luar dugaan. Susan mengkonversi dengan nilai 1 dolar Australia untuk setiap cibiran yang me-mention dirinya di Twitter. 

Setiap dolar itu dia donasikan kepada anak-anak di seluruh dunia yang membutuhkan bantuan melalui United Nations Children's Fund (UNICEF), badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mengurusi anak-anak.

Bicara soal anak-anak, setiap orang tentunya pernah punya cita-cita pada masa kanak-kanak. Cita-cita masa kecil salah satunya didasari oleh kekaguman kepada sosok, entah itu keluarga, tokoh terkenal di kehidupan nyata, atau bahkan tokoh fiktif.

Demikian halnya dengan Susan Carland, dia juga  memiliki obsesi atau cita-cita kecil menjadi seorang arkeolog.

"Saya bermimpi menjadi arkeolog karena saya ingin menjadi Indiana Jones. Saya bahkan menyiapkan sebuah buku catatan kosong untuk mencatat hal-hal bersejarah yang akan saya temukan nantinya”, ujar Susan Carland kepada tabloidbintang.com saat ditemui di kawasan Collingwood, Melbourne, Australia, Kamis (16/03).

Namun seiring berjalannya waktu cita-cita itu tak pernah diwujudkannya, dia justru kuliah di bidang sains dan arts. Bahkan dia menyelesaikan pendidikan doktoral ilmu sosiologi.

Menjadi seorang sosiolog yang bukan cita-cita kecilnya justru membuat Susan memahami lebih banyak hubungan antar manusia dan segala macam gejala yang terjadi pada masyarakat.

“Sosiologi adalah ilmu mengenai masyarakat, melihat pola-pola yang muncul dalam masyarakat dan mencoba mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Dengan menguasai ilmu ini kita bisa memahami dan menghadapi segala yang terjadi dalam kehidupan manusia”, papar Susan Carland.

Tak mengherankan jika Susan juga tak pernah ambil pusing dengan segala pertanyaan dan tantangan yang dihadapi dalam hidupnya. Hal itu pula yang akhirnya menjadikannya sebagai seorang akademisi.

“Saya jatuh cinta dengan kehidupan akademis, saya kuliah sains dan arts, dan saya suka dengan pertanyaan "mengapa". Karena itu setelah sarjana saya melanjutkan studi PhD bidang sosilogi dan menyadari bahwa saya suka mempelajari dan menyampaikan ide”, lanjutnya. 

Lihat saja bagaimana Susan begitu tenang menghadapi pergolakan batin ketika harus berbeda keyakinan dengan keluarga besarnya, bahkan ibunya sendiri yang sejak kecil membesarkannya sebagai orang tua tunggal karena sejak usia 7 tahun bercerai dengan suaminya sekaligus ayah kandung Susan.

Susan juga santai menghadapi kritik pedas bahkan cibiran dari banyak orang, baik di kehidupan nyata maupun di dunia maya.

“Saya selalu berusaha menahan diri setiap kali ingin menanggapi komentar negatif. Saya juga berupaya berpikir positif dan berharap kebaikan bagi orang lain walaupun mereka melecehkan saya,” tandasnya.

Hal itulah yang membuat Susan merasa lebih tenang dan selalu menghadapi segala kritikan yang ditujukan kepadanya dengan cara yang bermartabat.

Prinsip mulia Susan Carland itu bisa menjadi salah satu inspirasi yang bisa diambil Barli Asmara dan Dian Pelangi dalam perjalanan "Wardah Fashion Journey" ke Melbourne kali ini. Karena merancang busana tidak hanya sekedar merancang pelindung tubuh dari pengaruh udara, tetapi juga untuk menempatkan manusia pada kedudukan dan martabat yang tinggi. 

(gur)

Penulis : Tubagus Guritno
Editor: Tubagus Guritno
Berita Terkait