Renita Sukardi Melawan Kanker Payudara Stadium 3: Tidak Ada Tangis-tangisan Lagi

Indra Kurniawan | 9 April 2017 | 10:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Di saat penderita kanker lain ditinggalkan pasangan, Hilmi tak sedetik pun meninggalkan Iren. Ia selalu ada di saat Irene membutuhkan.

“Dia enggak meninggalkan aku. Dua puluh empat jam ada buat aku. Pagi, bangun tidur dia memandikan anak. Harusnya itu kan tugas aku selama ini. Setelah itu membuatkan bekal buat anak. Selesai mengurus anak, dia mengurusiku. Menyuapi aku. Membersihkan aku. Memandikan aku. Semua dilakukan di sini (tempat tidur). Hebatnya, dia enggak pernah mengeluh. Makannya doyan. Tidurnya nyenyak,” urai Renita Sukardi.

Renita Sukardi sejujurnya khawatir jika sang suami Hilmi meninggalkannya. Namun pada saat yang bersamaan, ia yakin iman Hilmi kuat.

“Insya Allah, ayah imannya oke, kan? Ayah tidak akan meninggalkan aku, kan?” tanya Renita Sukardi kepada Hilmi.

Pertanyaan itu dijawab suami dengan mantap, “Insya Allah tidak.”

Renita Sukardi memahami, suaminya terkadang merasa lelah. Apalagi jika dia menangis terus.

Pada saat seperti itu, Hilmi meminta, “Diam deh, Bu. Saya enggak bisa tidur. Sampai akhirnya dia bilang: Bu, bantu saya, bantu saya. Kalau ibu begitu terus, aku enggak kuat. (Semua yang aku lakukan) ini karena aku sayang dan cinta kamu, lo. Makanya aku tetap ada di sini. Coba kalau orang lain, sudah ditinggalin,” Renita Sukardi mengingat ucapan suami.

“Kalau enggak ada dia di depan mata aku, atau aku enggak dengar suara dia saat aku memanggil, aku bisa stres,” timpal Renita Sukardi.

Selalu ada hikmah di balik musibah. Iren pun memetik hikmah dari serangan sel kanker yang menderanya. Iren memberi contoh, dulu jarang membuka Alquran. Sekarang, ia rajin membaca, termasuk mempelajari makna ayatnya.

“Dulu mana pernah menyebut-nyebut nama Allah. Sekarang setiap saat. Dulu disuruh memakai hijab sama suami malah ngeyel. Sekarang menyesal, kenapa enggak dari dulu pakai hijab. Intinya, aku jadi teringat dosa-dosa yang dulu. Teringat akan kematian,” ulas Renita Sukardi.

Harapan untuk tetap hidup membuat Renita Sukardi  berusaha ceria di depan banyak orang. Ia tidak ingin orang-orang yang menjenguk sedih melihat kondisinya. Apalagi, sampai menangisinya. Tidak boleh.

“Enggak ada tangis-tangisan lagi. Happy-happy saja. Teman-temanku bilang, muka aku biasa saja. Kayak enggak sakit,” sebut Renita Sukardi.

Harus diakui, terkadang perasaan takut menggelayut di benak Iren. Untuk menangkis rasa takut itu, Iren memperbanyak zikir. Memohon pertolongan kepada Tuhan.

“Tapi tetap saja iman naik turun. Kalau lagi kesakitan banget aku sering mengucap: Aduh, ya Allah kuat enggak, ya. Aku berusaha kuat dengan mengingat Al (anak Iren-red) terus.”

Al, salah satu sumber kekuatan Iren untuk bertahan dari serangan kanker. Awalnya, Al menangis melihat kondisi ibunya.

“Apalagi kalau aku menangis, Al ikut menangis. Lama-lama dia terbiasa. Malah kadang dia memberi tahu begini: Ibu yang ikhlas, ya. Kalau ibu ikhlas nanti penyakitnya diambil Allah,” Renita Sukardi berkata.

Nasihat anak membuat keyakinan Renita Sukardi yang meredup kembali terang.

Keyakinan itu terus membesar setelah dokter memberi tahu bahwa peluang Renita Sukardi untuk sembuh masih besar.

“Peluang sembuhnya 50-50,” Hilmi mengabarkan.

Renita Sukardi bersyukur, pada saat sulit seperti ini, ada rezeki tidak terduga yang menghampiri. Salah satunya tawaran syuting sinetron. Ia tidak menyangka, diajak kembali bermain di Tukang Ojek Pengkolan. Iren diajak syuting dengan maksud supaya dapat pemasukan.

“Mendapat tawaran itu, aku sampai mau menangis. Mereka sangat perhatian sama aku. Mulai Selasa (28/3) lalu aku syuting TOP lagi. Lokasinya di rumahku. Di kamar ini. Syutingnya enak banget. Adegannya enggak banyak dialog,” pungkas Renita Sukardi yang sudah dua hari menjalani syuting TOP.

 

(ind/gur)

 

Penulis : Indra Kurniawan
Editor : Indra Kurniawan