Begini Tanggapan Sri Mulyani Indonesia Disebut Setingkat Haiti oleh Prabowo

TEMPO | 22 Januari 2019 | 19:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat untuk membandingkan ekonomi Indonesia dengan negara lain yang lebih setara, yaitu negara berkembang yang menjadi anggota G20. Perbandingan ekonomi Indonesia dengan negara seperti Haiti dinilai tidak tepat.

"Gak comparable, adoh! (bahasa Jawa: jauh)," kata Sri dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Januari 2019.

Sri mengatakan dirinya pernah berkunjung dua kali ke Haiti pada tahun 2010 dan 2015. Saat itu, kata Sri, ekonomi dari negara yang berada di Kepulauan Karibia, Benua Amerika, itu sedang hancur akibat diterjang gempa.

Haiti, kata dia, juga merupakan negara dengan berpendapatan rendah dan hanya berukuran selevel city state. "Kalau kita Indonesia, kepulauan."

Pernyataan ini disampaikan oleh Sri Mulyani menanggapi pertanyaan dari moderator diskusi yaitu Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo.

Tapi sebelumnya, nama Haiti juga disinggung oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto. Ia mempersoalkan banyaknya penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan tidak layak, bahkan sama dengan negara-negara miskin, salah satunya Haiti bahkan Rwanda. 

"Kita (Indonesia) setingkat dengan negara miskin di benua Afrika: ada Rwanda, Haiti dan pulau-pulau kecil Kiribati, yang kita tidak tahu letaknya di mana," kata Prabowo, saat berpidato di gedung Majelis Tafsir Al Quran Solo, Ahad pekan lalu, 23 Desember 2018.

Ketimbang Haiti, kata Sri, Indonesia lebih cocok dibandingkan dengan India dan Cina. Secara pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih menjadi nomor tiga di antara G20, di bawah Cina dan India.

"Ini sudah lebih baik karena banyak negara tidak bisa mengalami growth yang cukup baik karena adanya kontraksi ekonomi yang terjadi."

Lalu dari sisi pendapatan per kapita, Indonesia lebih tinggi dari India meski memang lebih rendah dari Cina. Walau pertumbuhan ekonomi India lebih tinggi dari Indonesia, kata Sri, tapi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN yang mereka tanggung lebih dalam dari Indonesia.

Hingga akhir 2018, Indonesia masih bisa mencetak angka defisit yang rendah yaitu 1,76 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Selain itu, kata Sri Mulyani, Indonesia juga tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan Singapura. Dari sisi PDB, Indonesia jelas jauh lebih besar dari Singapura. Tapi dari sisi PDB per kapita, Indonesia sudah tentu lebih rendah karena harus dibagi dengan jumlah masyarakat yang jauh lebih banyak dari Singapura.

"Jadi tantangan Indonesia jauh lebih besar."

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor : TEMPO