Perang Israel dan Palestina Diprediksi Bisa Libatkan Banyak Negara

Redaksi | 18 Mei 2021 | 20:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Konflik antara Israel dan Palestina kian panas. Banyak analis memprediksi konflik tersebut bisa memicu perang besar yang melibatkan banyak negara jika Israel tidak segera menghentikan serangannya ke wilayah Palestina.

Naiknya level konflik dua negara dimulai dari aksi kekerasan pasukan tentara Israel terhadap ratusan jamaah Masjid Al-Aqsa pada Jumat (7/5) lalu. Api konflik terus menggelinding hingga saat ini. Tentara Israel makin brutal hingga melancarkan serangan udara ke Kawasan Gaza. Data menyebut sampai Minggu dini hari (16/5) lalu serangan brutal Israel itu telah menewaskan 174 warga sipil Palestina termasuk 47 diantaranya anak-anak.  

Perang Israel dan Palestina ini memang bukan hal baru. Pertentangan keduanya ini sudah lama terjadi. Bahkan, konflik terus terjadi sepanjang masa. Banyak analis menyebut masalah Israel dan Palestina ini merupakan mother of conflict. Karena memang setiap waktu konflik disana bisa meletup, hanya eskalasinya yang berbeda. Tensinya terkadang tinggi, lain waktu eskalasinya rendah.  

Sejarah perang Israel dan Palestina sangat Panjang. Semua diawali oleh pendudukan Israel di Tepi Barat pada 1967 dan menganggap seluruh Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Sejak saat itu Israel terus menganeksasi wilayah Palestina dengan berbagai cara hingga tersisa sedikit. Israel tidak peduli dengan kecaman internasional atas agresinya tersebut. Arogansi Israel ini didukung penuh oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di Eropa. Israel pun leluasa melancarkan aksi ilegalnya terhadap warga dan wilayah Palestina tanpa gangguan yang berarti. Israel terus berusaha menguasai seluruh wilayah Palestina dengan menghalalkan segala cara. 

Meski sering melanggar hukum internasional, Israel selalu lolos dari sanksi PBB. Karena AS senantiasa menggunakan hak vetonya ketika ada usulan sanksi yang akan diterapkan pada Israel di forum DK PBB. Negara Yahudi itu pun bisa lolos. Palestina akhirnya terus menjadi korban keganasan tentara zionis Israel. 

Palestina sejauh ini belum diakui sebagai negara sehingga secara otomatis juga belum bisa menjadi anggota PBB. Ini semua tidak lepas dari campur tangan dari AS dan sekutunya yang terus menghalangi Palestina menjadi negara merdeka.  Padahal mayoritas anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara. Namun karena suara mereka selalu kalah di forum PBB, nasib masih Palestina terkatung katung hingga saat ini. 

Sebaliknya, Palestina hanya mengandalkan dukungan dari negara-negara sahabatnya yang masih peduli. Namun tidak banyak yang bisa dilakukan mereka untuk membantu Palestina. Tidak jarang kiriman pasokan makanan dan obat-obatan untuk rakyat Palestina dihadang pasukan Israel. Kondisi Palestina benar-benar terjepit.  

Meski begitu, Palestina tak pernah menyerah untuk terus memperjuangkan hak dan kedaulatannya. Meski tanpa dukungan persenjataan yang berarti, mereka tetap berani melawan tentara Israel yang bersenjatakan canggih yang terus disuplai AS dan sekutunya. AS selalu membela dan mendukung penuh langkah Israel meski berulang kali melanggar hukum internasional. Disinilah standar ganda yang diterapkan AS. Di satu sisi, meneriakkan pentingnya penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi, di sisi lain Amerika seakan menutup mata terhadap aksi biadap yang dilakukan Israel terhadap Palestina.  

Kebijakan AS ini kalau ditelaah secara mendalam memang tidak lepas dari kepentingan politik internalnya. Keberadaan Lobby Yahudi yang sangat kuat dan berkuasa di perekonomian dan perpolitikan Amerika membuat kebijakan pemerintahnya tidak mampu mengatakan tidak terhadap Israel.  

Saat ini perang besar antara Israel dan Palestina sudah ada di depan mata. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad akan terus melancarkan serangan terhadap Palestina. Tak hanya serangan darat, mereka berencana melancarkan serangan darat ke wilayah Gaza. Sementara Hamas tak menyerah terus melakukan perlawanan dengan kekuatan seadanya. Korban terus berjatuhan terutama dari pihak Palestina yang digempur bom dari darat dan udara. 

Sudah bisa ditebak, Presiden AS Joe Biden memberikan sinyal dukungannya pada Israel. Ini semakin membuktikan asumsi bahwa Amerika memang tidak berani menentang keinginan Israel. Meski begitu, ada banyak negara yang menentang agresi Israel tersebut. Turki, misalnya. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah sepakat dengan Presiden Rusia untuk menghentikan kekerasan Israel tersebut. Keikutsertaan Turki dan Rusia dalam konflik Israel dan Palestina ini bisa menambah runyam situasi di Timur Tengah. Bukan tidak mungkin Iran dan Suriah juga akan mencebur ke dalam pusaran konflik tersebut. 

Selain itu, banyak dukungan masyarakat dunia terhadap Palestina terjadi di seantero jagad termasuk di Indonesia yang sejak awal memang mendukung berdirinya negara Palestina yang berdaulat. Presiden Joko Widodo dengan tegas menyatakan Indonesia mengutuk tindakan Israel dan mengajak semua pihak menghentikan kekerasan Israel terhadap rakyat sipil Palestina tersebut.  

Banyak negara yang sudah lama mengusulkan jalan tengah dengan solusi dua negara untuk mengakhiri konflik secara lebih permanen. Namun hingga saat ini belum terwujud. Di internal Palestina juga tidak semua kelompok menerima opsi dua negara terutama kelompok Hamas yang sama sekali tidak mau kompromi dengan agresi Israel. Apalagi Israel kerap melanggar perjanjian dengan terus membangun pemukiman di wilayah konflik.

Co-Managing Director RCTI+, Valencia Tanoesoedibjo mengatakan News RCTI+ menyuguhkan berita-berita internasional yang lengkap dan update termasuk konflik Israel dan palestina yang kini sedang memanas. Berita-berita yang disajikan terdiri atas berbagai sudut pandang dan angle sehingga sangat lengkap baik dari sisi kubu Palestina, kubu Israel dan suara-suara dari masyarakat internasional. 

‘’Hal ini penting untuk memberikan informasi dan literasi yang komprehensif bagi para pembaca terhadap konflik antara Palestina dan Israel ini sehingga mereka memiliki pemahaman yang lengkap. Bukan informasi yang parsial,’’ ungkap Valencia.

 

Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi