Istri Budi Anduk (alm): "Saya Sampai Menangis Membujuk Dia Supaya Mau ke Rumah Sakit"

Yohanes Adi Pamungkas | 23 Januari 2016 | 06:23 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tak akan ada lagi banyolan yang terlontar dari komedian Budi Prihatin alias Budi Anduk (47). Senin (11/1), Budi mengembuskan napas terakhir di ruang ICU Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, karena penyakit kanker paru-paru stadium akhir yang dideritanya.

Perjalanan karier Budi terbilang penuh lika-liku. Lima tahun setelah lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dia mencoba peruntungan di dunia hiburan dengan menjadi figuran program lawak Ngelaba pada tahun 1996.

Tampil dalam jumlah menit yang terbatas, Budi  kerap menjadi korban tertawaan dan olok-olok Parto, Akri, dan Eko.

Karier Budi mulai melejit setelah membintangi sketsa komedi Tawa Sutra di ANTV bersama Ari Untung, Peppy, Sabrina Kono, dan almarhum Ade Namnung.

Baru menikmati popularitasnya, Budi terserang penyakit. Setelah kondisi kesehatannya membaik, ia mengisi beberapa program televisi seperti Opera Van Java dan Bro and Bray—yang merupakan program terakhir Budi sebelum akhirnya kembali jatuh sakit dan meninggal dunia.

Kronologis penyakit yang dialami Budi cukup panjang, seperti dijabarkan Wawan, manajer pribadi Budi.

“Sakitnya sudah lama, dari mulai Tawa Sutra. Saya melihat dia berjuang untuk tetap hidup dan sembuh,” terang Wawan saat ditemui di  rumah duka di kawasan Jatiwaringin, Bekasi.

Lebaran tahun lalu, kondisinya kian memburuk. Ia sempat di rawat di Rumah Sakit Darmais, Jakarta. “Saat itu ia didiagnosa menderita kanker paru-paru stadium 1,” kata Wawan.

Meski penyakit yang dideritanya mematikan, Budi malah enggan melakukan proses perawatan di rumah sakit. “Ia maunya dirawat di rumah,” tambah Wawan.    

Kondisi ini kian membuat penyakit Budi kian memburuk. Kepada istrinya, Neneng Nurhayati, Budi sering mengeluh badannya terasa ngilu dan membengkak. Bahkan kankernya berubah status menjadi stadium 4. Agar mau menjalani perawatan di rumah sakit, orang-orang dekat Budi berusaha membujuknya.

“Saya sampai menangis membujuk dia pergi ke rumah sakit, tetapi  dia selalu bilang kalau badannya sehat. Dia juga tidak mau membuat orang lain repot,” kenang Neneng dengan wajah sedih.     

(han/gur)

 

Penulis : Yohanes Adi Pamungkas
Editor : Yohanes Adi Pamungkas