Aprilia Santini Manganang Sejak Kecil Terbiasa Mencangkul dan Memanjat Pohon Kelapa

Endang Jamhari | 6 Juli 2015 | 01:19 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - PEKAN lalu Aprilia pulang kampung ke Manado, Sulawesi Utara.

Di kampung halamannya, dia disambut bak seleb ternama, bahkan pejabat setempat ikut menyambut kedatangannya. Aprilia mengaku tidak nyaman dengan perlakuan istimewa yang dia terima. 

“Masyarakat dan teman-teman saya datang menyambut saya, bahkan Bapak Bupati juga. Jujur saya tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Bahkan, saat teman-teman saya minta foto bareng, saya merasa aneh,” Aprilia menceritakan pengalamannya.

Sambutan meriah dan popularitas itu tidak membuat Aprilia lupa diri. Dia malah teringat masa kecilnya yang susah.

“Saya berasal dari keluarga miskin. Ayah saya kerja serabutan, sedangkan ibu saya ibu rumah tangga biasa. Sejak kecil kami sudah terbiasa hidup susah,” imbuhnya.

Saat berada di rumah orang tuanya, kenangan Apri melayang ke beberapa tahun lalu saat dia masih kecil. Aprilia berasal dari keluarga miskin. Ayahnya kerja serabutan, penghasilan tidak menentu dan jauh dari kata cukup. Aprilia kecil sering diminta ayahnya untuk bantu-bantu di kebun. Aprilia kecil terbiasa mencangkul dan memanjat pohon kelapa.

“Saya dididik keras oleh ayah saya. Saya sering pikul kayu bakar dan barang berat lainnya,” kenangnya. 

Usai kerja berat itu, Aprilia juga harus berjualan pisang goreng dengan berkeliling kampung. Keuntungan berjualan diserahkan kepada ibunya dan sedikit untuk jajan.

“Dari TK sampai SMA, saya tidak pernah diberi uang jajan oleh orang tua saya. Bukannya mereka pelit, tapi memang tidak punya uang,” ungkapnya. 

Uang jajan yang seharusnya dia belanjakan untuk menyenangkan diri, malah dia kasih kepada ibunya.

“Bagaimana saya tega, orang tua saya masih kesulitan untuk makan sehari-hari, masa saya jajan,” tukasnya. 

Untuk baju sehari-hari dan seragam sekolah saja, lebih banyak diberi tetangga atau kakak kelasnya. Memakai baju sobek itu hal biasa bagi seorang Aprilia.

Dia terbiasa dipandang sebelah mata oleh teman-temannya. Yang membuatnya kerap sedih, saat temannya ulang tahun tidak ada yang mengundangnya.

“Mereka tidak mengundang saya karena saya orang miskin yang datang ke acara ulang tahun tidak pernah membawa kado,” tutur Aprilia, yang kadang masih pedih mengingat masa kecilnya. 

(ej/gur)

Penulis : Endang Jamhari
Editor : Endang Jamhari