Geliat Perajin Kulit Magetan yang Tak Lekang oleh Zaman 

Ari Kurniawan | 21 Agustus 2019 | 23:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Desa Candirejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, sudah lama dikenal sebagai penghasil berbagai jenis kerajinan berbahan kulit. Produk seperti sepatu, sandal, hingga jaket kulit, dihasilkan dan dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. 

Dari sekian banyak perajin yang ada, Sumadi Seng terbilang unik. Bukan sepatu atau jaket, pria 72 tahun itu justru memfokuskan diri untuk membuat aksesoris sepeda kuno atau sepeda onthel berbahan kulit hewan. Dibantu 12 karyawan, setiap harinya Sumadi membuat berbagai jenis aksesoris sepeda, seperti sadel, tas samping, penutup roda, hingga tas setir. 

Usaha aksesoris kerajinan kulit ini ditekuni Sumadi sejak 1970. Saat itu, dirinya hanya memproduksi sadel. Tujuh tahun belakangan dia mulai merambah ke pembuatan akseoris sepeda kuno lainnya. Menariknya, semua kerajinan kulit karya Sumadi di produksi secara tradisional. Tidak ada alat modern. 

Sumadi memanfaatkan salah satu sudut rumahnya untuk area produksi. Atap seng yang panas dan peralatan sekadarnya tak menyurutkan niatnya untuk terus menghasilkan kerajinan kulit yang menjadi ciri khas karya keluarganya. Barangkali, karena bertahan di tempat produksi yang panas di bawah seng itulah dirinya dipanggil Sumadi Seng.

“Pernah ada bantuan dari pemerintah, Alhamdulillah. Tapi ya kalau bisa diberikan tempat khusus untuk produksi saya, biar leluasa nambah tenaga kerja dan bisa mengurangi pengangguran, terutama anak putus sekolah di Magetan,” tuturnya.

Keterbatasan dan kekurangan tersebut tidak lantas memupuskan semangatnya. Sumadi tetap eksis menghasilkan kerajina kulit untuk aksesoris sepeda onthel. Usahanya tidak pernah sepi, pesanan barang selalu berdatangan dari berbagai daerah baik dari pembeli langsung atau toko-toko penyedia aksesoris sepeda kuno dari wilayah Madiun, Tulungagung, Surabaya. Bahkan hingga ke Aceh, Kalimantan, dan kota besar yang lainya

"Untuk sadel dalam 5 hari itu ada 10 kodi yang bisa saya produksi. Sedangkan aksesoris lain seperti tas samping bisa samapi 10 biji per hari,” jelas Sumadi Seng.

Untuk harga satuannya beraneka ragam tergantung aksesorisnya, mulai dari termurah dijual Rp 15 ribu hingga Rp 275 ribu. Sebenarnya Sumadi ingin melebarkan sayapnya lagi. Memasarkan produknya hingga ke manca negara misalnya. Namun lagi-lagi, dia harus berhadapan dengan berbagai kendala yang ada di depannya. "Modalnya belum terpenuhi,” tutup Sumadi.

(ari)

Penulis : Ari Kurniawan
Editor : Ari Kurniawan