"Sleepless": Begadang Boleh Saja, Kalau Ada Perlunya

Wayan Diananto | 6 Februari 2017 | 09:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pemain      : Jamie Foxx, Scoot McNairy, Gabrielle Union, Octavius J. Johnson, David Harbour, Michelle Monaghan, Dermot Mulroney

Produser    : Roy Lee, Adam C. Stone

Sutradara   : Baran Bo Odar

Penulis      : Andrea Berloff

Produksi    : FilmNation Entertainment, Open Road Pictures

Durasi       : 1 jam, 35 menit

Dalam sehari, apa pun bisa terjadi. Dalam semalam, kehidupan seseorang bisa berubah secara dramatis. Perubahan dramatis itu dialami oleh Vincent Downs (Jamie). Ia berurusan dengan bos kartel narkotika paling berbahaya di Amerika Utara, Rob Novak (Scoot). Tak main-main, ia menggasak 25 kg kokain dari Rob. Kokain sebanyak itu akan dipakai Rob untuk melebarkan pasar narkotika di Kanada. Masalah merumit ketika anak Vincent, Thomas (Octavius) terseret.

Kolega Rob, Stanley (Dermot) menyandera Thomas. Di lain pihak, peredaran norkotika lintas negara ini tercium oleh polisi perempuan bernama Bryant (Michelle). Ia kemudian berkoordinasi dengan rekannya, Doug Denisson untuk mengusut simpul rumit yang melibatkan Vincent dan Rob. Selama operasi berlangsung dalam semalam, banyak korban berjatuhan. Istri Vincent, Dena (Gabrielle) sampai turun tangan untuk memastikan anaknya baik-baik saja.

Sleepless adalah kisah sehari semalam. Sesuai dengan judulnya, jangan Anda berharap para karakternya bisa diam apalagi memejam beberapa saat. Sleepless digerakkan dengan formula siapa membawa apa demi apa dikejar oleh siapa. Rentetan apa dan siapa itu mengerucut pada satu pertanyaan: berhasilkah si siapa ini? Siapa yang dimaksud adalah Vincent Downs. 

Pola aksi ini ditata sedemikian rupa oleh sineas Baran menjadi cerita dengan level ketegangan menukik sejak awal. Aksi menjadi main course. Sementara pengenalan karakter diceritakan “sambil jalan”. Kita bahkan tidak tahu bagaimana hubungan Vincent dengan istrinya, seberapa buruk, lalu bagaimana Dena bisa ujug-ujug membawa senjata menuju ke lokasi kejarian. 

Itu baru satu pertanyaan: tentang Dena. Belum lagi SC alias Sean Cass (diperankan oleh T.I). Selain karakternya kurang kuat, kita bahkan tidak tahu apa motivasinya pada sepanjang film ini. Terdapat sejumlah lubang menganga terkait penokohan. Kedodoran itu, diselamatkan oleh kelihaian Baran dalam menata adegan dan menjaga ketegangan. 

Menyenangkan melihat Vincent kejar-kejaran, memutar otak, menggunakan apa pun yang ada disekitarnya untuk mempertahankan hidup sekaligus menyelamatkan anak. Apa yang dibebankan oleh penulis naskah terhadap Vincent bisa jadi terlalu berat.  Ia dibiarkan berjuang sendiri nyaris di tiga per empat film ini. Pola semacam ini mengingatkan saya pada penampilan Denzel Washington dalam The Eqializer, misalnya.

Yang dijual film ini, pada akhirnya keseruan. Kedodoran dari segi penokohan kemudian diklarifikasi oleh penulis naskah melalui ending yang dibiarkan menganga. Seolah belum tuntas. Seolah hendak berkata, “Beberapa tokoh dan adegan yang kalian pertanyaan itu, memang belum terjelaskan dan akan dijelaskan di sekuelnya (mungkin?)”

Sleepless dengan segala keseruannya, akhirnya menjadi sebuah tontonan alterlatif. Anda tidak perlu berpikir rumit. Nikmati saja bak-bik-buk dan dar-der-dor di sepanjang film ini. Anggap saja ini kisah begadang yang dilakoni manusia dengan empat motivasi berbeda.

Pertama, mereka yang berusaha menguak konspirasi. Kedua, mereka yang depresi oleh tekanan ekonomi lalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pendapatan lebih. Ketiga, mereka yang ingin membuktikan diri di depan instutusi. Keempat, mereka yang memang sejak awal ditakdirkan jahat tanpa hati nurani. 

Berkaca dari empat jenis karakter ini, insya Allah Sleepless akan membuat Anda mengerti mengapa orang-orang rela begadang sampai dini hari. Mereka begadang karena memang ada perlunya. Ada tujuannya. 

(wyn/ari)

Penulis : Wayan Diananto
Editor : Wayan Diananto