NOAH: “Kami Pasti Akan Menjadi Masa Lalu”

Binsar Hutapea | 9 Agustus 2016 | 19:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Selepas Second Chance (2014), NOAH terlibat dalam dua proyek album. Yang pertama, Satu (2015). Itu album milik Iwan Fals. Di sana, sang legenda musik berkolaborasi dengan sejumlah band populer Tanah Air, termasuk Noah.

Selanjutnya, band yang diperkuat Ariel (vokal), Lukman (gitar), Uki (gitar), dan David (kibor) hadir dalam album bertajuk Noah Sings Legends.

Noah mengaransemen sejumlah lagu-lagu lawas milik penyanyi-penyanyi lokal legendaris di album itu.

Apa yang membuat Noah tertarik membuat album yang mendaur ulang lagu milik orang lain? Dan benarkah mereka tengah menyiapkan album baru lainnya? Simak penuturan Noah kepada tabloidbintang.com beberapa waktu lalu.

Dari mana ide membuat album Noah Sings Legends muncul?

Ariel: Kami mulai mengaransemen ulang lagu orang lain ketika terlibat dalam album Eyang Titiek Puspa (“Kupu-Kupu Malam”- A Tribute To Titiek Puspa From Us To U-2005). Lagu itu sebenarnya kami aransemen biasa-biasa aja. Saya ingat banget, take vokal lagu cuma satu kali. Semalam saja mengerjakannya. Kami enggak terlalu berharap banyak pada lagu itu. Tapi ketika sampai ke pasaran, responsnya berbeda. Ternyata banyak yang suka. Kalau manggung di acara besar, banyak penonton yang meminta lagu itu. Apalagi kalau manggungnya di kelab malam. Ketika kami meng-cover “Kisah Cintaku” milik Om Chrisye, responsnya juga bagus banget. Tak hanya dari fans, banyak teman-teman dekat kami yang seniman bilang lagu itu bagus.
 
Setelah dua lagu itu, kami juga mengaransemen ulang “Sendiri Lagi” ciptaan Ryan Kyoto untuk album Seperti Seharusnya (2012). Lalu kami ikut dalam album tribute untuk Rinto Harahap (Kami Mengenang Rinto Harahap-2015), menyumbang lagu “Cinta Bukan Dusta”. Ada kisah di balik pembuatan album itu. Ketika diminta (label) menyumbang lagu untuk album tribute Rinto Harahap, kami lalu mengaransemen sebuah lagu. Begitu jadi, hasilnya menurut kami bagus. Lalu lagu itu diperdengarkan lagu itu ke Om Rinto, terus dia bilang: “Ini bukan lagu gue”. Ternyata salah pilih lagu. Yang diaransemen ternyata lagunya Charles Hutagalung (“Biar Ku Sendiri”). Akhirnya, pilih lagu lain, “Cinta Bukan Dusta”. Dari pengalaman mengaransemen empat  lagu itu, kami menarik sebuah kesimpulan. Ternyata lagu lama masih bisa diterima, yang penting musiknya diubah. Terutama dari segi sound.

Nah, kerena punya 4 lagu aransemen ulang dan satu lagu yang belum dirilis, muncul ide untuk membuat album yang isinya lagu-lagu lawas yang diaransemen kembali. Apalagi, selama ini kami sering membawakan lagu “Sajadah Panjang”. Hampir setiap tahun kami membawakan lagu itu. Lagu itu populer, video bajakannya banyak beredar. Padahal kami hanya membawakan di TV, tidak ada versi resminya. Lagu itu, kan tidak pernah kami rekam.

Ya sudah, akhirnya kami memutuskan menyanyikan kembali lagu-lagu dari pemusik legendaris Indonesia. Hal itu kami lakukan sekaligus untuk mengapresiasi  legenda-legenda musik Indonesia. Kami juga pasti nanti akan menjadi masa lalu. Jadi sepertinya sesuatu yang bagus banget kalau kami menghormati masa lalu itu pada sekarang ini. Akhirnya kami pilih beberapa lagu lagi dan jadilah album Noah Sings Legends.

 

Dari sekian banyak lagu legendaris, kenapa memilih lagu-lagu yang ada di album Noah Sings Legends?

Lukman: Kami memilih lagu sesuai dengan selera kami juga, sih. Cocok tidak dengan Noah. Ada beberapa lagu yang kami skip, karena ternyata tidak sesuai dengan selera kami.

Ariel: Kami memilih lagu tersebut berdasarkan era, dari tahun tahun 1960-an sampai 1990-an. Sebisa mungkin, era tersebut bisa terwakili. Kami sebenarnya tertarik mengaransemen sebuah lagu milik Erni Djohan. Lagu itu punya lirik dan musik yang bagus, cocoklah untuk era sekarang ini. Ide itu muncul saat kami tur. Tapi tidak jadi karena kami tidak sanggup mengerjakannya. Ya sebenarnya bisa saja kami kerjakan, tapi hasilnya ya gitu aja. Tidak bisa terdengar enak.

 

Bagaimana memastikan lagu-lagu yang diaransemen terasa “Noah  Banget” dan tidak terjebak pada lagu aslinya?

Ariel: Harus diubah semuanya. Kuncinya, sih ada pada opening lagu.

Lukman: Susah lo, untuk lepas dari bayang-bayang lagu aslinya. Harus mencari aranseman yang pas

 

Berapa lama durasi pengerjaan sebuah lagu hingga mendapatkan aransemen yang sesuai dengan karakter Noah?

Uki: Ada yang panjang, ada yang pendek. Relatif. Yang panjang itu saat mengerjakan lagu “Andaikan Kau Datang”. Berubah terus aransemennya. Sudah Jadi diubah, sudah jadi lagi diubah. Padahal aransemennya sebenarnya tidak terlalu susah. Cuma banyak mengalami perubahan saja.

Ariel: Tadinya lagu itu ada backing vokal yang rame banget. Tapi kemudian dicabut, padahal lagunya sudah jadi.

Lukman: Lagu “Andaikan Kau Datang” itu simple, tapi bikinnya susah.

 

Ada lagu yang sempat diaransemen ulang tapi tak dimaksukkan dalam Noah Sings Legends?

Ariel: Ada. Lagunya Tetty Kadi, Ernie Djohan, dan lagunya Amy Search. Tadinya, sebenarnya mau mengaransemen lagu milik penyanyi Malaysia, tapi tidak menemukan yang cocok.

Sudah memikirkan album reguler baru?

Uki: Sudah. Setelah album Noah Sings Legend, insya Allah  ada album baru.

David: Lagunya masih berbentuk sketch, tapi sudah  ada banyak lagu yang terkumpul.

Ariel: Sepertinya album baru nanti tidak akan sampai  10 lagu. Soalnya, bila bikin lagu sebanyak itu kadang tidak kedengaran semuanya. Bikin 10, paling yang terdengar 6 lagu saja.

 

Kapan rencananya album tersebut dirilis?

Ariel: Kemarin manajemen sudah bertanya, kira-kira bisa tidak tahun depan merilis album baru? Kami jawab, tergantung bulan berapa (rilisnya).

 

Seperti apa konsep album baru nanti?

Ariel: Masih dipikirkan, terutama konsep sound-nya.
Noah adalah band yang perfeksionis dan selalu menunjukkan progres disetiap albumnya, sulitkah untuk mempertahankan sikap seperti itu?

Lukman: Susah. Salah satu yang bikin setiap pembuatan album kami  lama, ya kerena (sikap seperti) itu. Bikin ini sudah pernah, itu sudah pernah.

Ariel: Itu kami kami lakukan sebagai usaha untuk menyelamatkan diri kami sendiri. Paling bahaya kalau kami bosan main musik yang itu-itu saja. Susah (untuk menjadi perfeksionis dan terus melalukan progres), tapi kalau tidak begitu ya, kami bosan main musiknya.

 

Bagaimana cara personel Noah meng-update dan menambah wawasan musiknya?

Ariel: Karena banyak pekerjaan, agak sulit (meng-update musik). Kalau mencari band baru lagi untuk didengarkan, buat saya sih agak usah. Kalau ditanya, lagi dengerin musik apa saya jawabnya enggak tahu. Paling mendengarkan Coldplay lagi. Saya suka Coldplay dan U2 dan kebetulan mereka terus berinovasi, jadi ada sesuatu yang bisa dipetik dari mereka.  

 

 

(binsar/gur)

 

Penulis : Binsar Hutapea
Editor : Binsar Hutapea