Menengok Film-film Jack Ryan Terdahulu, dari "The Hunt for Red October" Sampai "The Sum of All Fears"

Ade Irwansyah | 23 Januari 2014 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - SEBELUM Jason Bourne, tersebutlah nama Jack Ryan karya penulis jempolan Tom Clancy. 

Ya, bagi generasi pasca 2005, nama Jack Ryan mungkin terasa kurang familiar. Padahal, seperti Jason Bourne--dan juga James Bond--Jack Ryan adalah jagoan spionase jempolan. Namun mau bagaimana lagi. Hollywood sendiri rasanya merasa nama "Jack Ryan" sekarang kurang dikenal hingga untuk rilisan film terbarunya di bioskop diberi judul Jack Ryan: Shadow Recruit. Saya jadi teringat sineas sini yang tempo hari memberi embel-embel "Laskar Pelangi Sekuel 2" untuk Edensor

Sudahlah. Terserah sineas. Itu hak prerogatif mereka. Saya lebih tertark mengajak Anda, penonton film Hollywood zaman kiwari, untuk mengenal lebih dekat sosok Jack Ryan. Ya, Chris Pine bukan Jack Ryan pertama di layar lebar. Generasi 1990-an tentu sudah akrab dengan film-film Jack Ryan yang dibintangi Alec Baldwin dan Harrison Ford. Sedang generasai awal 2000-an mungkin sedikit masih teringat dengan Ben Affleck sebagai Jack Ryan. 

Ya, inilah dia film-film Jack Ryan terdahulu. 

The Hunt for Red October (1990)
The Hunt for Red October (1990) adaptasi pertama dan terbaik novel karya Tom Clancy. Penulis skenario Larry Ferguson dan Donald Stewart bahu-membahu mentransfer ratusan halaman novel  ke dalam pita seluloid dengan durasi 134 menit dan melakukannya dengan cemerlang. Penyutradaraan John McTiernan berhasil membangun konflik, menyebar teror, dan mendalami karakter. Bintang-bintangnya juga bermain over the top

Untuk ditonton sekarang, The Hunt mungkin agak kuno, sebab menyoal persaingan politik antara Amerika dan Soviet. Tak jadi soal. Film yang memenangkan satu Oscar untuk editing suara ini dengan pintar mempertontonkan dua pria dengan aliran politik berlawanan yang main kucing-kucingan dan akhirnya menemukan masing-masing sebenarnya satu koin dengan dua sisi.

Syahdan di tahun 1984, analis CIA Jack Ryan (Alec Baldwin) menemukan fakta mengagetkan di antara tumpukan laporan yang sampai ke mejanya. Begitu mengagetkan laporan itu, Jack sampai langsung terbang dari markasnya di London ke kantor pusat di Washington D.C. Yang Jack temukan, Soviet baru saja meluncurkan tipe kapal selam baru yang lebih besar dan lebih canggih dibandingkan tipe terakhir milik Amerika. Kapal selam bernama Red October itu dilengkapi sistem mesin yang tak mengeluarkan sebersit suara pun, sehingga bisa memasuki wilayah Amerika dalam jarak amat dekat dan memuntahkan senjata nuklir tanpa peringatan. Gawat. 

Red October dipimpin Marko Ramius (Sean Connery) yang ditakuti segenap anak buahnya. Kapal selam Dallas yang dikomandoi Bart Mancuso (Scott Glenn) menangkap sinyal halus Red October. Berkat keandalan seorang operator Dallas (Courtney B. Vance), diketahuilah akal-akalan Red October dan mulailah Dallas melakukan perburuan berbahaya. Kemudian terbongkar, Ramius ternyata mau melarikan diri dari tirani militer di negerinya dan berdiam di Amerika yang lebih demokratis.

Patriot Games (1992)
Alec Baldwin punya prinsip tak mau membintangi film sekuel. Maka, ia menolak menjadi Jack Ryan lagi saat film itu dikembangkan sebagai franchise. Pilihan sutradara Phillip Noyce lantas jatuh pada Harrison Ford. Aktor ini memang jempolan. Ia sudah membintangi dua franchise legendaris: Star Wars dan Indiana Jones. Tapi, sebetulnya Ford terlalu tua untuk jadi Jack Ryan. Maka kisahpun dikembangkan saat Jack Ryan diceritakan tak lagi bekerja sebagai agen CIA. 

Alkisah, Jack Ryan (Ford), mantan marinir Amerika Serikat yang pernah bergabung dengan CIA, hadir di London untuk memberikan ceramah perihal hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Istrinya Cathy (Anne Archer) dan anaknya Sally (Thora Birch), turut menyertai. Selesai menunaikan tugasnya, Ryan menghampiri keluarganya. Tapi di tengah jalan langkahnya terganjal sejumlah teroris IRA, yang hendak melukai sepupu Ratu Inggris, Lord Holmes (James Fox). Ia memerangi para teroris itu dan menewaskan seoran teroris remaja. Kakak remaja itu Sean Miller (Sean Bean), juga dilukainya. Untuk menghargai keberaniannya, Ratu Inggris menganugerahinya mendali. Sementara Miller ditahan tapi dua rekannya, Kevin O’Donnel (Patrick Bergin) dan Annete (Polly Walker), berhasil meloloskannya. 

Miller yang dendam terjadap Ryan yang merenggut nyawa adiknya, memburu Ryan yang sudah pulang ke Amerika Serikat. Tidak tangung-tanggung, Miler juga mengincar anak dan istri Ryan. Miller meneror Cathy dan Sally di jalan bebas hambatan. Akibat serangannya, mobil yang mereka tumpangi menabrak pembatas jalan. Mereka terluka parah dan harus dirawat di rumah sakit. Ryan kalang kabut. Untuk mencari jejak Miller, ia kembai ke markas CIA, meminta bantuan rekan-rekannya.  

Clear and Present Danger (1994)
Orang rupanya masih senang melihat harrison Ford yang sudah uzur beraksi. Selain Patriot Games sukses. Film aksi lain yang dibintangi Ford, The Fugitive (1993), di situ Ford berperan sebagai buronan yang ingin membuktikan dirinya tak bersalah, juga sukses berat. Maka, tak ada pilihan lain saat Hollywood hendak memfilmkan lagi kisah Jack Ryan, pilihan jatuh pada Ford kembali. 

Dalam film yang diangkat dari novel Tom Clancy yang berjudul sama, setebal 688 halaman, terlalu banyak tokoh tumpah ruah. Jangan heran kalau Anda sulit mencerna alur film ini. Jack Ryan (Ford), analis CIA, diperintahkan memberantas sindikat obat bius asal Kolombia. Merekalah yang menyuplai obat bius ke AS dan meracuni generasi muda. Jack memulai tugasnya dengan menyelidiki kematian Harding, pengusaha terhormat yang diduga terkait dengan sindikat Kolombia itu. Ternyata Harding terlibat pencucian uang kotor hasil penjualan obat bius. 

Ketika sudah menemukan titik terang, langkah Jack tersandung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Para wakil rakyat keberatan Jack menumpas sindikat dengan kekerasan. Jack memilih cara aman, bekerja sama dengan aparat militer Kolombia. Tanpa sepengetahuan Jack, diam-diam ada yang menempuh jalur ekspres. Wakil Direktur CIA urusan Operasi, Robert Ritter (Henry Czerny), melanggar kesepakatan dengan DPR. Ia melangkahi wewenang Direktur CIA, Judge Moore (Dean Jones), dan langsung mengurus izin pada Penasihat Keamanan Negara, James Cutter (Harris Yullin), tangan kanan Presiden AS (Donald Moffat). Presiden, yang sangat percaya pada Cutter, mengabulkan permohonan Ritter untuk menggempur sarang obat bius di Kolombia. 

Operasi yang dilancarkan Ritter berjalan cepat. Pabrik-pabrik obat bius dimusnahkan satu-persatu. Tindakan Ritter menggusarkan Ernesto Escobedo (Miguel Sandoval), kepala sindikat, dan asistennya, Felix Cortez (Joaquim de Almeida). Pada saat berbarengan, Jack dan sekelompok delegasi AS baru tiba di Kolombia. Dengan demikian, di Kolombia terdapat dua utusan pemerintah AS yang melangsungkan misi dengan cara bertolak belakang. 

Kedatangan Jack dan rekan-rekannya tercium Escobedo. Escobedo mengira Jack-lah yang berperan menggasak bisnisnya. Jack sendiri terkejut mengetahui ada oknum lain yang beraksi di belakangnya. Ia mulai mencium adanya intrik di balik pembasmian sarang obat bius ini. 

The Sum of All Fears (2002)
Hollywood sedang krisis aktor laga di awal 2000-an. Harrison Ford, Clint Eastwood, Bruce Willis, maupun Arnold Schwarzenegger sudah uzur. Maka giatlah pusat film dunia itu melakukan regenerasi. Nyatanya tidak gampang menemukan bintang muda yang cukup karismatik untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Ford dkk. 

Hollywood tampaknya tengah menjajal Ben Affleck (ketika itu usianya 29) sebagai bintang laga baru, berturut-turut lewat Armageddon (1998), Pearl Harbor (2001), dan yang terbaru di tahun 2002, The Sum of All Fears (SoF). Sejauh ini, Affleck terlihat kurang nyaman dengan peran yang dipertaruhkan di pundaknya. 

Dalam SoF yang dibesut Phil Alden Robinson, pertaruhan makin berat sebab Affleck memainkan Jack Ryan, peran yang dulu dibawakan 2 seniornya, Alec Baldwin (The Hunt for Red October, 1990) serta Harrison Ford (Patriot Games, 1992 dan Clear and Present Danger, 1994). Untuk merasionalisasi perbedaan usia dengan Baldwin maupun Ford, Affleck diplot sebagai Jack Ryan muda yang belum lagi jadi direktur deputi CIA. Janggal juga, sebab dalam ketiga film terdahulu seting cerita justru lebih mundur ke belakang. 

SoF yang disadur dari novel terbitan 1991 karya Tom Clancy ini unggul dalam timing. Cerita mengenai teroris yang menanam dan kemudian meledakkan senjata nuklir di beberapa kota penting di Amerika terasa faktual, tidak lagi fiktif seperti dulu ketika Amerika belum terkena Tragedi 11 September.

Tapi sayangnya ya itu tadi Affleck tak punya kharisma sebagai jagoan spionase. Nasibnya tak seberuntung sahabatnya, Matt Damon yang sukses jadi Jason Bourne. Publik pun nyaris lupa ia pernah jadi Jack Ryan. 

(ade/ade)

Penulis : Ade Irwansyah
Editor : Ade Irwansyah