Mengenal Amanda Zahra Marsono, Penggagas Tukar Baju dan Zero Waste Indonesia

Panditio Rayendra | 1 Agustus 2019 | 08:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Satu per satu Kartini Masa Kini muncul di Tanah Air dengan kiprah nyata. Salah satu Kartini Masa Kini yang belakangan disorot khalayak yakni Amanda Zahra Marsono, yang menjadi PR dan Project Officer Program #TukarBaju serta Penggagas Komunitas Zero Waste Indonesia.

Zero Waste Indonesia lahir pada 1 April 2018 dengan berfokus pada fenonema plastik sekali pakai yang mencermari lingkungan. Amanda Zahra Marsono lantas memperkenalkan gaya hidup zeto waste alias mengenolkan sampah kepada masyarakat Indonesia yang tinggal di kota besar termasuk Jakarta.


Tantangannya, bagaimana mengenolkan sampah sementara jenis sampah banyak sekali. “Fakta lain yang harus kita sadari, produk tekstil atau pakaian kita itu ternyata berkontribusi besar terhadap pencemaran lingkungan maupun kemanusiaan. Makanya kami bikin kampanye yang menarik perhatian dan mengajak masyarakat ikut serta. Akhirnya kami melahirkan program #TukarBaju,” ujar Amanda Zahra Marsono kepada tabloidbintang.com. Harapannya, program #TukarBaju menjadi salah satu solusi alternatif mengurangi sampah fesyen dan limbah plastik di Indonesia. Kali pertama program #TukarBaju dihelat di Jakarta pada 4 Mei 2019.


Kemudian, program #TukarBaju digelar di Yogyakarta dua kali dan Juli kemarin kembali ke Jakarta. #Tukarbaju adalah konsep di mana orang-orang membawa pakaian bekas layak pakai mereka lalu menukarkan dengan pakaian milik orang lain. Amanda Zahra Marsono berharap ini menjadi solusi hemat sekaligus ramah lingkungan bagi mereka yang ingin berganti-ganti gaya fesyen tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli pakaian baru.

“Banyak orang bertanya kenapa sih harus ada Tukar Baju? Memangnya baju kita ini sampah, kan kita masih bisa gunakan sehari-hari?” beber Amanda dalam gelar wicara “Travel More, Waste Less” yang didukung DBS Indonesia.


Amanda lantas menjelaskan, industri fesyen terkait erat dengan masalah lingkungan serta polusi. “Bicara fesyen dan lingkungan, itu pencemaran udara serta air. Industri fesyen menyumbang 10 persen dari total polusi di dunia. Ia lebih tinggi dari industri aviasi atau penerbangan yang hanya menyumbang 2 persen. Belum lagi pencemaran air yang berkolerasi dengan penyediaan air bersih di dunia. Ingat, hampir 50 ribu ton pewarna kain kimia dibuang ke sungai tanpa pengolahan,” jelas Amanda.

Ia menambahkan, “Satu kaus yang kita pakai itu, menghabiskan 2.700 liter air atau setara dengan jumlah air yang kita minum selama 3 tahun. Pertanyaannya, ada berapa kaus yang Anda miliki di lemari?”


Penjelasan ini, kata Amanda Zahra Marsono, bukannya mengada-ada. Mengingat, pakaian berbahan katun membutuhkan bahan baku yakni kapas. Kapas salah satu tumbuhan yang sangat haus air. Sayangnya di Indonesia, data soal limbah tekstil sulit ditemukan. Ke depan, lewat program #TukarBaju dan komunitas Zero Waste Indonesia, Amanda Zahra Marsono akan terus menyuarakan pentingnya sustainable fashion. Sustainable fashion sdalah praktik di bidang mode yang sejalan dengan tujuan pelestarian lingkungan. “Jangan sampai bisnis kita mencemari lingkungan dan merugikan banyak pihak di dalamnya,” pungkasnya.

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait