Penjelasan KNKT Soal Pilot Ketiga yang Terbangkan Lion Air Sebelum Jatuh

TEMPO | 21 Maret 2019 | 21:50 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) menyatakan telah mewawancarai pilot ketiga dalam penerbangan Lion Air JT-043 yang terbang pada 28 Oktober 2019. Penerbangan dengan rute Denpasar - Jakarta tersebut adalah penerbangan terakhir Boeing 737 Max 8 dengan nomor PK-LQP sebelum mengalami kecelakaan sehari setelahnya saat menempuh rute Jakarta - Tanjung Pinang.

"Pilot yang bersangkutan sudah di-interview oleh KNKT," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 21 Maret 2019. Soerjanto menyatakan sesuai dengan Undang-undang No 1 Tahun 2009, pernyataan dari seseorang yang diperoleh selama proses investigasi tidak boleh dipubikasikan. "KNKT tidak akan menyampaikan hasil wawancara tersebut."

Soerjanto membenarkan keberadaan pilot di kokpit pada penerbangan JT-043 tersebut. Dia mengatakan pilot tersebut baru saja selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta. Pilot ketiga itu juga memiliki kualifikasi sebagai pilot Boeing 737 Max 8. Kendati demikian, KNKT tidak mau memberikan informasi mengenai identitas sang pilot.

Nurcahyo Utomo, Kepala Sub Komite Kecelakaan Penerbangan KNKT menambahkan, lembaganya memanggil pilot ketiga itu untuk mencari tahu apa yang dilihat dan didengar awak pesawat saat Boeing PK-LQP mengalami gangguan setelah digantinya angle of attack sensor. "Kalau ada peringatan apa yang muncul dan bagaimana kerjasama antara kapten dan kopilot, serta suasana apa yang dirasakan, itu yang kami harapkan," ujarnya.

Pesawat Lion Air dengan nomor registrasi PK LQP itu sempat terbang dari Bandara Ngurah Rai, Bali ke Jakarta sebelum jatuh. Pesawat sempat mengalami masalah pada malam sebelum kecelakaan terjadi. Dilansir dari Bloomberg yang dikutip Bisnis.com, seorang pilot ketiga menjadi penyelamat dalam penerbangan Lion Air beregistrasi PK LQP. Pilot yang sedang tak bertugas itu menjadi penyelamat seluruh kru dan penumpang setelah mengatasi masalah dalam penerbangan Lion Air PK LQP dari Denpasar ke Jakarta pada 28 Oktober 2018.

Pilot tersebut kebetulan menumpang dalam penerbangan dan duduk di kursi cadangan di dalam kokpit. Pilot mampu mendiagnosis masalah dengan tepat dan menonaktifkan sistem kontrol penerbangan yang mengalami malfungsi. Pilot meminta kru untuk memutus arus listrik ke motor yang menggerakkan hidung pesawat ke bawah. Pesawat pun berhasil mendarat dengan selamat di Jakarta.

Dalam penerbangan dai Jakarta ke Pangkalpinang keesokan harinya, pesawat tersebut disebut mengalami masalah yang sama dan jatuh di Laut Jawa. Pesawat jatuh dan  menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya. Fakta ini menjadi petunjuk baru dalam penyelidikan kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air. Hasil penyelidikan awal pada kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines pun menunjukkan adanya kemiripan dengan kecelakaan Lion Air.

Soal kehadiran pilot ketiga ini belum pernah diungkapkan sebelumnya oleh KNKT, Lion Air, serta Boeing. "Semua data dan informasi yang kami miliki di penerbangan dan pesawat telah diserahkan ke KNKT. Kami tidak dapat memberikan komentar tambahan pada tahap ini karena penyelidikan yang sedang berlangsung atas kecelakaan itu," kata juru bicara Lion Air Danang Prihantoro melalui telepon, seperti dikutip Bloomberg.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait