Maureen Hitipeuw, Mendirikan Komunitas Pemberdayaan Ibu Tunggal

Yuriantin | 3 Maret 2019 | 03:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Maureen Hitipeuw (40) percaya ibu tunggal bisa berdaya. Selama ada usaha, doa, dan yang tak kalah penting adalah dukungan dari lingkungan sekitar. Tak terkecuali, dukungan dari sesama ibu tunggal. Hal ini yang mendorong Maureen mendirikan komunitas Single Moms Indonesia (SMI).

Pentingnya Dukungan Emosional

Komunitas berbasis support group ini lahir dari pengalaman pribadi Maureen. Tahun 2010 lalu, Maureen memutuskan bercerai. Kala itu, Maureen telah dikaruniai seorang putra bernama Alex Rohn (12). Keputusan berat ini sempat membuatnya merasa sendirian. Maureen sadar ia butuh teman curhat yang senasib dan mulai mencari komunitas yang bisa membantunya bangkit. 

"Di saat emosi kita enggak stabil, kita ingin curhat dan didengarkan. Kita juga ingin dengar dari orang yang mengalami hal yang sama dengan kita bahwa semua akan baik-baik saja," ucap Maureen. Sayangnya, ia belum menemukan komunitas tersebut. Hingga akhirnya, ia mantap mendirikan SMI di tahun 2014 lewat grup Facebook. 

Maureen yakin dukungan emosional sangat dibutuhkan para ibu tunggal. "Karena perceraian itu biasanya traumatis. Kalau ibunya tidak bisa cepat bangkit, efeknya akan berimbas ke anak," ungkap dia. Maureen mengingatkan kondisi psikologis para ibu tunggal ini sangat tidak stabil terutama pada masa awal kehilangan pasangan hidup.

Belum lagi, jika timbul masalah finansial. Memiliki anggota yang kebanyakan ibu rumah tangga yang meninggalkan karier setelah menikah, beban dirasakan kala harus berjuang mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarga. "Jadi, para ibu tunggal ini secara emosional perlu dikuatkan. Secara finansial, mereka mesti cara cari untuk bangkit," beri tahu Maureen. 

Wadah Curhat dan Pemberdayaan

SMI kini memiliki lebih dari seribu anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Para anggota saling menguatkan dan berbagi pengalaman lewat grup WhatsApp. dan Facebook. Maureen menegaskan SMI mengutamakan kualitas. "Kami cukup selektif supaya para ibu tunggal yang masuk ke dalam komunitas ini memang membutuhkan dan mendapatkan dukungan. Ditambah lagi, yang dibagi para anggota itu adalah sesuatu yang privat," ujar Maureen. 

Selain menjadi wadah curhat para ibu tunggal, Maureen juga menekankan pemberdayaan dalam SMI lewat lokakarya yang rutin diadakan setiap bulan. Topiknya beragam mulai dari pengelolaan keuangan untuk ibu tunggal sampai pelatihan menulis. Ia juga mendorong para anggota di daerah untuk aktif mengadakan pertemuan secara mandiri. 

"Kami mendukung dari sini karena kami enggak mungkin keliling ke seluruh Indonesia. Para anggota di daerah bisa saling bertemu dan mengobrol karena kadang mereka cuma butuh didengar," imbuh Maureen yang mengatakan anggota SMI di Bandung dan Malang sukses mengadakan tatap muka. 

Berkat berbagai upaya mengasuh SMI, Maureen terpilih mengikuti “Facebook Community Leadership Program” tahun lalu. Dari sekitar ribuan komunitas yang mendaftar, SMI jadi satu dari dua komunitas yang terpilih dari Indonesia. Bangga dengan pencapaian SMI, Maureen mengaku tetap semangat berbagi pengalaman dengan para ibu tunggal. 

"Apalagi kalau dengar cerita sukses mereka. Ini mungkin sudah panggilan saya. Senang rasanya bisa belajar dari para ibu ini," sambung Maureen yang berbagi waktu di SMI dengan bekerja lepas di bidang virtual assistant ini. 

Ke depannya, Maureen berharap SMI terus menjangkau para ibu tunggal di daerah. Sekaligus bisa bekerja sama dengan lebih banyak pakar yang membagikan ilmu bermanfaat. "Impian saya suatu hari nanti, SMI menjadi pusat pelayanan terpadu di mana kita bisa melakukan konseling dengan pakar sampai tersedia layanan penitipan anak," pungkasnya. 

(yuri / gur)
 

Penulis : Yuriantin
Editor: Yuriantin
Berita Terkait