Teater Nyanyi Sunyi Revolusi, Kisah Percintaan Amir Hamzah kepada Kekasih dan Negaranya

Supriyanto | 2 Februari 2019 | 22:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Titimangsa Foundation di dukung Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menggelar pementasan teater. Kali ini Titimangsa Foundation mengangkat kisah hidup seorang penyair besar Indonesia, Amir Hamzah berjudul Nyanyi Sunyi Revolusi yang dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada tanggal 2 dan 3 Februari 2019.

Happy Salma, selaku produser menyebutkan selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga dikenal sebagai salah seorang bangsawan yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional. 

"Kenapa tidak Amir Hamzah, tanpa dia kita tidak akan bisa menggunakan bahasa Indonesia sebagai  bahasa persatuan. Salah satu alasannya itu," ungkap Happy Salma usai pertunjukan perdana Nyanyi Sunyi Revolusi di GKJ kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (1/2).

Alasan lain, Titimangsa Foundation juga ingin menampilkan sisi lain Amir Hamzah dalam pementasan agar generasi muda bisa makin mengenal.

"Terus, mengapa saya punya keinginan besar untuk memanggungkan? Karena Amir Hamzah adalah Pahlawan Nasional yang mungkin generasi sekarang banyak yang tidak tahu beliau tuh siapa," kata Happy Salma.

"Kisah cintanya, bagaimana kemelut revolusi sosial di jamannya, menurut saya itu menarik  untuk diangkat dalam pertunjukan," tambah Happy Salma.

Amir Hamzah merupakan salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan yang pada masa Hindia Belanda terletak di Sumatera Timur.

Lewat kumpulan puisinya Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941) memposisikan nama Amir Hamzah sedemikian penting dalam kesusasteraan Indonesia.

Teater Nyanyi Sunyi Revolusi berkisah tentang Amir Hamzah dalam hubungannya dengan percintaan terhadap manusia dan negaranya.

Saat Amir Hamzah menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin asmara dengan gadis Jawa, Iliek Sundari. Di tengah kemesraan mereka itulah Amir Hamzah kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya studinya kemudian ditanggung oleh paman Amir Hamzah, Sultan Mahmud, Sultan Langkat.

Paman Amir Hamzah sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan. Apa yang dikerjakan Amir Hamzah dianggap bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir Hamzah di dunia pergerakan, ia memanggil Amir Hamzah pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah.

Amir Hamzah bisa saja menolak tapi ia sadar betapa ia berhutang budi pada Sultan Mahmud. Amir Hamzah dan Iliek akhirnya dipaksa untuk menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.

(pri/bin)

Penulis : Supriyanto
Editor: Supriyanto
Berita Terkait