5 Motif Batik Bermakna untuk Generasi Muda Menurut Ayu Dyah Pasha

Wayan Diananto | 16 Desember 2017 | 08:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Untuk ketujuh kalinya, aktris Ayu Dyah Pasha (53) mengadakan pemilihan Putra Putri Batik Nusantara (PPBN). Acara itu telah dihelat di Gedung Sapta Pesona Jakarta, akhir November lalu. 

Steven Valerian, peserta dari Jawa Timur, dan Agisha Febila dari Jawa Barat menjadi juara pertama. Ayu lega, malam puncak PPBN berjalan lancar.
Bintang film I Love You From 38.000 Feet itu berpendapat, generasi muda harus dilibatkan dalam pelestarian batik.

Saat ini, mayoritas perajin batik tulis sudah sepuh. Keahlian dan kecintaan mereka pada batik mesti diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Sebelum menerima warisan generasi muda mesti kenal dulu apa itu batik juga cara membuat dan merawatnya.

“Karena itulah, sejak 2011 saya bersama kawan-kawan dari Ikatan Pencinta Batik Nusantara menggagas banyak program, salah satunya PPBN, agar generasi muda siap menerima tongkat estafet untuk menjaga batik,” jelas Ayu, yang meski aktif mengampanyekan batik juga tampil di 5 film tahun ini, termasuk dalam film Dear Nathan dan Chrisye yang baru dirilis. 

Untuk generasi muda yang ingin tampil gaya dengan batik, Ayu Dyah Pasha merekomendasikan 5 motif batik ini.

1. Kawung

Inilah motif yang mengingatkan pemakainya soal dari mana manusia berasal. Motif ini mengajak kita untuk tidak melupakan asal-usul, rendah hati, dan ingat Tuhan.

“Di balik motifnya yang simpel, makna kawung sangat dalam. Beberapa literatur sejarah yang saya baca menyebut, dulu nenek moyang kita berpuasa atau semedi sebelum membatik. Tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan, mencari inspirasi, memohon agar motif-motif yang dihasilkan memberi doa bagi pemakainya kelak. Bicara soal motif batik, kawung selalu muncul di benak saya lebih dulu,” Ayu Dyah Pasha bercerita. 

2. Udan Liris

Motif udan liris menampilkan garis-garis miring dengan modifikasi bervariasi. Garis-garis itu mengarah ke sisi yang sama. Ini menggambarkan pergerakan air hujan yang jatuh ke tanah. Hujan, kata Ayu, simbol kesuburan. Diharapkan, pemakai motif udan liris seperti tanah yang mendapat cukup asupan air dari langit. Menjadi pribadi yang subur dan menumbuhkan makhluk hidup penerus yang lebih baik.

3. Lereng 

“Motif lereng mirip parang, namun lebih simpel karena tidak ada modifikasi gambar belah ketupat atau daun melinjo di sela-selanya. Mencerminkan pribadi dinamis, luwes, berani tampil beda dengan pilihan warna lebih cerah. Cocok untuk anak muda,” Ayu mengulas.

4. Parang Klitik

Parang diyakini sebagai motif batik tertua di negeri ini. Parang berasal dari kata pereng yang artinya lereng. Motif ini diwujudkan dengan garis dari atas yang menurun dengan posisi melintang di kain. “Parang memiliki beberapa turunan, salah satunya parang klitik. Parang klitik mewakili sifat lemah lembut, santun, dan bijaksana. Dulu, dikenakan oleh para putri raja,” tutur Ayu. 

5. Megamendung

Batik bukan hanya milik Solo, Yogyakarta, dan Pekalongan. Cirebon punya motif batik ikonis, megamendung. Mega berarti langit atau awan. Mendung adalah langit yang redup pertanda hujan segera turun. Gradasi mendung di cakrawala menghasilkan efek gelap berlapis yang indah serta memberi hawa sejuk. Filosofi batik megamendung, menurut Ayu, jadilah sejuk untuk orang lain, jangan mudah marah. Sabar. 


(wyn / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait