Hari Jantung Sedunia, Perempuan Muda Lebih Berisiko Terserang Penyakit Kardiovaskular

Tasha (Anggota Perempuan Indonesia Satu) | 30 September 2021 | 06:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Setiap tanggal 29 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia. Diinisiasi oleh Federasi Jantung Sedunia (WHF), tujuan peringatan ini adalah untuk menyadarkan masyarakat dunia bahwa cardiovascular disease, termasuk penyakit jantung dan stroke, menjadi penyebab utama kematian di dunia. 

Peringatan tersebut juga menekankan tindakan yang dapat dilakukan orang untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini. Mengutip laman resmi WHF, peringatan Hari Jantung Sedunia bertujuan mengedukasi masyarakat tentang pengendalian faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. 

Penyakit jantung hingga kini masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia yang mengakibatkan sekitar 18,7 kematian per tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengungkapkan fakta sama.

Pada 2015, WHO menemukan bahwa 70 persen dari 39,5 juta kematian di dunia disebabkan penyakit tidak menular. Dari jumlah ini sebanyak 45 persen atau hampir setengahnya disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Lalu bagaimana dengan di dalam negeri? Tak jauh berbeda, menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, setidaknya 15 dari 1.000 orang di Indonesia menderita penyakit jantung atau kardiovaskular.

Kasus kematian akibat penyakit ini juga semakin meningkat sejak pandemi. Catatan RS menyebutkan, sebelum pandemi angka kematian RS akibat serangan jantung adalah 8 persen, namun di masa pandemi, angka ini dilaporkan meningkat hingga 22%-23 persen.

Perempuan muda rentan

Patut diketahui, penyakit jantung tak hanya menyerang orang lanjut usia seperti yang kebanyakan orang pahami selama ini. Ketua Bidang Komunikasi dan Promotif Yayasan Jantung Indonesia, Mela Sabina mengatakan penyakit jantung kini juga banyak menyerang usia muda.

Studi terbaru di Amerika Serikat juga menemukan peningkatan angka kematian akibat penyakit jantung pada perempuan di bawah usia 65 tahun. Dr. Erin Michos dari Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins mengatakan, perempuan di AS kini menjadi semakin tidak sehat.

Menurut Michos, perempuan kerap menempatkan urusan kesehatan dan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri. Mereka merawat anak dan orang tua, serta bekerja penuh waktu. 

Oleh karena itu, lanjut dia, perempuan harus memprioritaskan kesehatan mereka sendiri, terutama karena penyakit jantung sebagian besar dapat dicegah. Terlebih lagi, tingginya prevalensi penyakit jantung banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Mencegah lebih baik

Perubahan gaya hidup harus dilakukan sedini mungkin sebagai investasi kesehatan di masa depan. Di era serba digital seperti saat ini perkembangan teknologi di bidang kesehatan akan mempermudah orang dalam mendapatkan layanan kesehatan.

Mela Sabina menyebutkan saat ini semakin banyak orang mengenal wearables seperti jam atau gelang pintar dengan fitur utama mengukur frekuensi dan target berbagai jenis aktivitas fisik. Jadi, semua orang bisa mempunyai pengingat kala sedang menjalani gaya hidup yang kurang baik.

Semenatar itu, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito A. Damay mengatakan, salah satu cara mencegah penyakit jantung yakni dengan meningkatkan daya tahan tubuh sebaik mungkin, makan makanan yang bergizi, hindari gula, garam serta lemak berlebihan, mengonsumsi suplemen serta multivitamin bila diperlukan.

Dia juga mengingatkan untuk secara rutin memeriksakan kesehatan dengan berkonsultasi ke dokter melalui fasilitas telemedika. Tetapi ketika dirasa ada gejala yang mengganggu, dr Vito menyarankan untuk segera kunjungi fasilitas kesehatan atau rumah sakit terdekat agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Pemeriksaan lebih lanjut terkait kesehatan jantung bisa diketahui dari hasil EKG. Hal ini diungkapkan oleh dr. Rizky Aulia, spesialis jantung pembuluh darah dari Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta Timur.

Ketika pasien datang ke UGD dengan sakit dada, misalnya, penyebabnya bisa diketahui dari hasil EKG, apakah dari brugada yang mengalami masalah atau dari serangan jantung.

Lebih jauh, dr. Rizky juga menuturkan bahwa orang yang terlihat sehat sangat mungkin terkena risiko serangan jantung karena persepsi sehat menurut pasien belum tentu benar-benar sehat. Karenanya, dia menekankan pentingnya pengecekan kesehatan yang menyeluruh untuk mencegah timbulnya penyakit kardiovaskular.

Lalu, bagaimana pencegahan terhadap serangan jantung? Dia menjelaskan dapat dilakukan dengan eliminasi faktor risiko. Caranya dengan melakukan olahraga teratur dengan mengadopsi “rules of three”, yakni tiga sesi olahraga dalam seminggu selama 30 menit. Atau, minimal jalan paling tidak 3 kilo sehari. 

Penulis : Tasha (Anggota Perempuan Indonesia Satu)
Editor: Tasha (Anggota Perempuan Indonesia Satu)
Berita Terkait