Pengabdi Setan: Ibu Tak Kalah Menjengkelkan dari Bibi Darmina

Wayan Diananto | 7 Oktober 2017 | 09:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Darmina (Ruth Pelupessy) menyusuri pemakaman. Ia merapal mantra sembari menghadap makam nyonya rumah. Beberapa detik kemudian, mayat sang nyonya rumah bangkit.

Itu adalah salah satu momen paling mencekam dalam Pengabdi Setan (Sisworo Gautama, 1980).

Begitu mengerikan Pengabdi Setan hingga film ini diekspor ke Jepang dengan judul Satan's Slave. Hampir 4 dekade berlalu, kini Pengabdi Setan bangkit lagi.

Di tangan Joko Anwar, sudut pandang si pengabdi setan berubah. Dari Bibi Darmina yang ikonis, kengerian berpindah ke tangan diva pop era Generasi Bunga, Mawarni Suwono (Ayu Laksmi).

Sang diva jatuh sakit 2 tahun lebih. Puncaknya, ketika suatu malam ia ditemukan ambruk di lantai kamar rumah mertuanya. Mawarni meregang nyawa. Kepergiannya ditangisi suami, Suwono (Bront), mertua (Elly D. Luthan), dan keempat anaknya, Rini (Tara), Tony (Endy), Bondi (Nasar), dan Ian (Adhiyat).

Beberapa hari setelah Mawarni mangkat, Suwono mengadu nasib ke luar kota. Saat itulah, hal-hal ganjil menyambangi rumah. Dimulai dengan bunyi lonceng yang biasanya digunakan Mawarni untuk memanggil anak-anak. Lalu, suara Mawarni yang mendadak tertangkap gelombang siaran radio hingga penampakan perempuan dari balik jendela rumah.

Joko Anwar penggemar garis keras Pengabdi Setan versi klasik. Ia menanti izin Rapi Films selama satu dasawarsa demi melahirkan film ini. Sebagai penggemar, ia tidak hanya memberi penghormatan pada karya Sisworo.

Kami ingat betul, Pengabdi Setan versi Sisworo dibuka dengan adegan pemakaman nyonya rumah. Tak jelas mengapa nyonya rumah mangkat. Dari ketidakjelasan inilah, rahim pemikiran Joko berkontraksi dan melahirkan ide lain.

Dominasi Darmina dalam lakon Pengabdi Setan yang baru raib. Di tangan Joko, kepergian dan kepulangan ibu tak kalah menjengkelkan dari polah Darmina di masa lalu. Momen-momen mengerikan tidak dibangun dari dentuman musik yang mengagetkan, melainkan pergerakan kamera yang kadang “malas” bergerak kadang dinamis, suasana rumah yang wingit, dan konspirasi siapa dalang di balik teror ini.

Dalam versi klasik, jelas Darmina yang jadi biang keladi. Versi Joko, sampai setengah film berjalan, kita masih bertanya sambil mengendalikan rasa deg-degan. Inilah kehebatan Joko: menyimpan rahasia, sengaja membiarkan klu berceceran namun tak kunjung memberi kepastian sampai film mencapai klimaks. Kehebatan Joko lainnya, mengarahkan pemain. Ayu Laksmi dalam diamnya adalah teror visual paling jahanam. Kepanikan anak-anak Mawarni membuat kita ikut mencicipi pahitnya teror. 

Pengabdi Setan adalah penghormatan yang menyempurnakan pencapaian pendahulunya. Ia juga menjawab pertanyaan Pengabdi Setan versi klasik. Dalam surat izin produksi, Pengabdi Setan versi 1980 diberi judul Bila Dia Datang.  Kini Joko memberi kepastian dengan membubuhkan tagline “Ibu Datang Lagi” di poster. 

Selamat datang, Bu. Selamat menabur rasa takut.  

**

Pemain    : Tara Basro, Endy Arfian, Nasar Anuz, Adhiyat Abdhulkadir, Ayu Laksmi, Bront Palarae
Produser    : Gope T. Samtani
Sutradara    : Joko Anwar
Penulis    : Joko Anwar
Produksi    : Rapi Films, CJ Entertainment 
Durasi        : 1 jam 47 menit


(wyn / gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait