Saat Strok Menyerang, Apa yang Terjadi Pada Otak dan Sistem Saraf Tepi?

Panditio Rayendra | 4 Agustus 2019 | 23:59 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Meski penyakit saraf tak sepopuler jantung dan kanker, Anda diminta tetap waspada. Anda dapat menjaga kesehatan sistem saraf dengan mengenali terlebih dahulu jenis saraf yang ada di tubuh kita. Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi Pusat, Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), menjelaskan, ada sistem saraf pusat dan tepi di tubuh. Sistem saraf tepi sangat kompleks. Ia terdiri saraf motorik, sensorik, dan otonom. Sistem saraf tepi ada di sepanjang tulang belakang kita dari bawah kepala atau leher lalu menjulur hingga ke punggung bagian bawah.


Kemudian ke masing-masing otot pada kedua lengan dan kaki agar organ ini bisa berfungsi. “Begitu besar peran sistem saraf tepi. Itu sebabnya saat seseorang kena strok, ia bisa lumpuh sebelah. Untuk bicara susah, untuk berjalan, makan, dan minum pun susah. Sistem saraf tepi itu sama seperti kabel dalam peranti elektronik, kita tahu dayanya terpusat di satu titik. Dalam tubuh, sumber daya sistem saraf tepi ada di otak,” urai Manfaluthy kepada tabloidbintang.comdi Jakarta, belum lama ini. Manfaluthy menyampaikan itu dalam program Women’s Health Expo 2019 yang didukung Neurobion.


Manfaluthy menjelaskan, sistem saraf tepi berperan penting dalam mengolah semua sistem, memerintahkan maupun menerima aneka rangsangan dari luar maupun dalam. Kemudian rangsangan itu diolah otak serta direspons sesuai dengan yang diinginkan oleh manusia. Respons itu bisa berupa gerakan yang diantarkan sistem saraf motorik. Dengan kata lain, sistem saraf motorik berfungsi menyampaikan perintah dari otak ke otot. Jadi begitu kena strok, tidak ada perintah ke saraf motorik.


“Makanya ia mengalami kelumpuhan. Otak normal tapi saraf tepi terganggu, maka tak ada gerakan yang bisa dibuat. Sistem saraf motorik juga membawa persepsi dan rasa dari kulit, otot, maupun indra ke otak manusia mulai penglihatan, penciuman, pengecapan dan semuanya,” Manfaluthy menukas. Ketiga, saraf otonom yang tidak bisa kita atur. Ia berjalan otomatis. Misalnya detak jantung kita yang kadang 70 kali per menit atau 120 kali per menit. Itu tak bisa diatur. Demikian pula kita tak bisa mengatur kapan keringat keluar.


“Agar saraf-saraf ini bekerja optimal kita butuh energi yang bahannya macam-macam dari karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin,” sambungnya. Selain mengasup makanan bergizi, Anda bisa melatih saraf dengan berolahraga. Salah satunya dengan Neuromove, olahraga yang dirancang untuk mengaktifkan sel-sel saraf seperti gerakan menyilangkan batang tubuh hingga peregangan untuk menghindari cedera.


Spesialis Kedokteran Olahraga dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Ade Tobing, SpKO, menerangkan, “Gerakan Neuromove membantu melemaskan otot dan saraf akibat tekanan berupa gerakan berulang maupun getaran yang lama pada pergelangan tangan, dan lain-lain. Gerakan ini juga mengaktifkan sel-sel saraf sehingga dapat mencegah neuropati. Menambahi penjelasan Ade, Associate Medical Manager Consumer Health P&G Health, drg. Swasty Dwirayunita merekomendasikan vitamin Neurotropik.


“Vitamin Neurotropik merupakan kombinasi vitamin B1, B6, dan B12 yang berperan penting dalam menjaga saraf agar berfungsi optimal serta terhindar dari gejala neuropati. Konsumsi vitamin ini dapat mengurangi gejala neuropati hingga 62,9 persen,” pungkasnya.

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait