Sunat Mengenal Batasan Usia, Mitos atau Fakta?

Panditio Rayendra | 6 September 2019 | 11:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sunat, salah satu hal yang wajib dilakukan laki-laki, khususnya yang Muslim.

Seiring perkembangan teknologi, sunat dapat dilakukan dengan beragam metode dengan efek samping yang makin minimal. Namun masih banyak asumsi yang beredar di kalangan masyarakat. Salah satunya, batasan usia untuk sunat. Konon, makin tua makin susah melakukan sunat karena kulit kulup makin alot. Asumsi lain, usia paling ideal untuk sunat kelas 5 SD hingga kelas 1 SMP. Benarkah? Dr Encep Wahyudan dari Rumah sunat dr Mahdian Jakarta, menjawab.


Dr. Encep Wahyudan menjelaskan, “Batasan usia tidak ada namun ada beberapa nilai yang mesti diperhatikan yakni medis, agama, dan adat. Kalau ada indikasi medis misalnya mifosis atau infeksi saluran medis, tentu dokter menyarankan sunat. Kalau ada keluhan medis baru disarankan sunat.” Sementara dari sisi adat, menunggu anak remaja dulu baru disunat dan dirayakan. “Faktor usia sebenarnya tidak berpengaruh. Saya pernah menangani dari bayi usia tiga hari sampai yang paling tua, usia 60 tahun ada,” Encep menyambung.


Dengan riwayat kesehatan yang prima, sunat di usia kepala 6 bukan masalah. “Tapi memang usia remaja kami arahkan yang terbaik untuk mereka,” ujar Encep kepada tabloidbintang.com di Jakarta, pekan ini. Ditemui di Rumah Sunat dr. Mahdian, Mampang, Jakarta, Encep menyebut metode sunat terus berkembang dari era potong manual lalu dijahit, laser, sampai yang paling baru, gun stapler. Gun stapler sangat disarankan bagi usia remaja dan dewasa karena mereka lebih sering ereksi dibandingkan anak-anak.


Untuk mengantisipasi ereksi ini dibutuhkan metode sunat yang proses maupun pemulihannya ringkas. “Pasien nyaman, waktunya ringkas tak sampai 10 menit, efek samping minimal, dan hasil lebih indah. Kalau dijahit ada bekas jahitan, hasilnya mungkin enggak simetris, dan sebagainya. Proses pemulihan hanya tiga atau empat hari. Dengan proses recovery yang lebih ringkas, diharapkan pasien bisa kembali beraktivitas,” Encep menukas. Yang paling penting, gun stapler sudah teruji secara klinis dan digunakan berbagai negara.


Tak kurang dari 30 negara di dunia telah mengenal metode ini. Peralatan gun stapler pun hanya bisa dipakai satu kali maka, lebih higienis. “Metode sunatnya memiliki efek samping mininal. Selain itu peranti gun stapler sudah punya izin edar. Adanya izin edar, berkaca pada pengalaman saya, memberi efek nyaman secara psikologis kepada pasien dan keluarga,” pungkasnya.

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait