Gangguan Pendengaran Bisa Berdampak Pada Kesehatan Otak, Kok Bisa?

Panditio Rayendra | 16 September 2019 | 23:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tak hanya wajah, mata, dan organ dalam. Kesehatan indra dengar layak Anda perhatikan.

Sama seperti kanker yang mengenal stadium, gangguan pendengaran juga punya beberapa tingkatan dari yang paling ringan hingga berat. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran ringan misalnya, masih bisa mendengar dengan intensitas suara 25 desibel ke atas. Yang sangat berat, dengung mesin pesawat di sebelah bisa jadi satu-satunya suara yang bisa didengar pasien. Karena itu gangguan pendengaran tak bisa dianggap sepele.


Hal itu terungkap dalam gelar wicara dan peluncuran alat bantu dengar Livio AI dari Starkey Hearing Technologies di Jakarta, pada Senin (16/9/2019). “Mendengar bukan sebatas aktivitas telinga tapi juga otak. Saat kuping tidak mendengar dalam waktu lama maka otak terbiasa untuk tidak mendengar dan mengolah suara lagi,” terang Chief Technology Officer dan Executive Vice President Teknik Starkey Hearing Technologies Achin Bhowmik, kepada tabloidbintang.com.


Achin menambahkan, “Untuk gangguan pendengaran, fokusnya tak hanya seberapa parah gangguan pendengaran yang diidapnya melainkan berapa lama gangguan pendengaran itu telah terjadi. Setelah tak mendengar cukup lama lalu ada suara baru masuk, belum tentu otak bisa memahami dan mencernanya. Otak bisa jadi lupa atau kehilangan referensi berbagai suara. Apalagi bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir.” Itu sebabnya, penting sekali menggunakan alat bantu dengar sedini mungkin.


Pendiri dan CEO Starkey Hearing Technologies, Bill Austin, mengingatkan, dalam jangka panjang gangguan pendengaran berdampak besar karena berkaitan dengan demensia. Demensia adalah kemerosotan semua kegiatan pikiran karena kerusakan atau penyakit pada otak. Bagi yang ingin menggunakan alat bantu dengar, tak perlu repot periksa ke doktes spesialis telinga hidung tenggorok. Namun jika ingin mendapat kajian detail terkait kemungkinan masalah medis, tak ada salahnya konsultasi dengan dokter spesialis.


Achin menjelaskan, “Anda cukup datang, diperiksa, lalu mendapat rekomendasi alat bantu dengar yang efektif. Ini seperti kacamata. Untuk bisa pakai kacamata Anda tidak harus ke dokter spesialis mata. Anda datang ke optik, diperiksa berapa plus minusnya, lalu dicarikan jenis lensa yang cocok. Kecuali Anda punya riwayat masalah medis.”


Dalam kesempatan itu, Starkey Hearing Technologies memperkenalkan alat bantu dengar Livio Al, yakni healthable pertama di dunia yang memakai sensor terintegrasi dan kecerdasan buatan. Ini perangkat pertama yang melacak aktivitas fisik dan kesehatan kognitif yang diukur dengan alat bantu dengar dalam situasi sosial.

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait