Ibnu Jamil Cemburu kepada Selimut yang Memeluk Tubuh Anaknya

Wayan Diananto | 1 April 2017 | 23:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Dalam kondisi seperti ini, Ibnu Jamil tidak berani menjanjikan pertemuan seminggu sekali dengan anak.

Takutnya, janji itu gagal ditepati dan akhirnya malah membuat Dhofin kecewa lalu berpikir, “Ah, Panda janji-janji doang, nih!” Ibnu mengingat, masih ada janji yang harus ditepatinya dengan si buah hati yakni mengajaknya jalan-jalan ke Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur.

Bulan ini, ia ujian. Diharapkan April mendatang, Ibnu bisa mewujudkan mimpi ke Pulau Komodo.

Tidak mudah bagi Ibnu, melewati fase ini. Kata Ibnu, fase ini penuh dengan kejutan. Ada sejumlah pertanyaan dari anak yang membuat Ibnu tertegun. Salah satunya ketika Dhofin bertanya, “Kenapa, Panda? Kenapa Panda enggak pulang (ke rumah)? Kenapa kerja terus?”

Ibnu menjawab, “Karena pekerjaan Panda masih banyak.”

Ibnu kemudian bercerita, “Dia bertanya dengan intonasi layaknya orang dewasa. Pertanyaan itu sejujurnya mengintimidasi dan membuat saya tercekat. Itu fase terberat. Fase lain yang membuat saya sakit, saat Dhofin meminta saya mengantarnya bertanding sepak bola tapi jadwal tidak memungkinkan.” 

Sepintas, mengantar anak tanding bola hal sepele. Tidak bisa mengantar pada pertandingan itu pun masih ada jadwal tanding berikutnya. Namun sebagai seorang ayah, Ibnu berpikir mengantar anak tanding bola, melihat si kecil berlaga di lapangan hijau, adalah sebuah kebanggaan.

“Pada fase itu, saya merasa sangat cemburu dengan sepatu bola yang menempel di kakinya karena bisa mendampingi anak saya tanding bola. Saya cemburu dengan seragam sepak bola yang membalut tubuh anak saya. Saya cemburu terhadap tas sekolah yang menemaninya pergi sekolah. Saya pun cemburu kepada selimut yang memeluk tubuhnya semalaman di ranjang,” aku Ibnu, emosional.

Ibnu berharap apa yang telah terjadi masih bisa diperbaiki. Ia percaya tak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Kesabaran, keikhlasan, hati nurani berikut kepala yang dingin kelak akan mengantarnya ke titik terang. Yang penting, komitmen untuk membahagiakan anak serta mengawal masa depannya tidak luntur. Karenanya kerja keras jangan sampai mengendur.

 

(wyn/gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait