Beragam Komentar Sambut Sebutan Ulama untuk Sandiaga Uno

TEMPO | 19 September 2018 | 10:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sebutan ulama untuk calon wakil presiden Sandiaga Uno menuai kontroversi. Beragam tanggapan pun bermunculan.

Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Kadir Karding mengatakan pemberian gelar ulama untuk calon wakil presiden sebutan ulama untuk Sandiaga Uno adalah sesuatu yang aneh. Menurut Karding, tidak ada gelar ulama yang disematkan begitu saja untuk seseorang. Begitupun tidak ada sesuatu yang disebut sebagai honoris Ulama.

"Aneh-aneh saja sekarang. Ada santri post-islamisme itu saya nggak ngerti apa artinya itu," kata Karding di posko Cemara 19, Jakarta, Selasa 18 September 2018.

Karding mengatakan pihaknya akan mengingatkan publik supaya tidak tertipu oleh simbol-simbol agama yang banyak digunakan pihak-pihak tertentu dalam masa kampanye. Menurut dia, dalam masa kampanye begitu banyak pihak yang mengklaim bahwa dirinya adalah tokoh agama, berpolitik atas nama agama, dan perwakilan suatu agama tertentu.

"Padahal ya nggak pernah melaksanakan syariat-syariat agama, shalat aja jarang-jarang," ujarnya.

Bakal calon wakil presiden Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat yang mempertanyakan sebutan ulama untuk Sandiaga Uno hendaknya bertanya kepada pihak yang memberi sebutan pertama kali.

"Yang bilang ulama itu siapa? Tanya sama dia," kata Ma'ruf seusai menghadiri pertemuan Komunitas Muda Amin di Sofyan Hotel, Jakarta, Selasa 18 September 2018.

Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli mengatakan koalisi di kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno hanya mempermainkan ulama. Menurut dia, hal ini menggelikan sekaligus menyebalkan.

"9 Agustus Presiden PKS menyebut Sandiaga Uno santri post-islamisme, kini tokoh PKS Hidayat Nur Wahid sudah mengangkat Sandiaga Uno jadi ulama, ini menggelikan dan menyebalkan," kata Guntur dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 18 September 2018.

Apa Kata Sandiaga Uno?

Menanggapi kontroversi itu, Sandiaga Uno mengatakan, Hidayat Nur Wahid sebagai yang pertama kali menyebut dirinya ulama, punya alasannya sendiri.

“Tolong ditanya sama beliau saja. Karena ada referensinya,” kata Sandiaga selepas menghadiri rapat bersama partai koalisi pendukungnya di Posko tim pemenangan, Jalan Kertanegara, Selasa 18 September 2018.

Sandi sendiri menolak untuk menjawab pertanyaan ini. Ia pun mempersilakan para ahli agama yang lebih mengerti dari pada dirinya untuk mencari diskursus atas terminologi ini.

Sebelumnya, politikus PKS Hidayat Nur Wahid mengatakan, julukan ulama untuk Sandiaga Uno berangkat dari terminologi bahasa Arab yang mengejawantahkan ulama sebagai seseorang yang memiliki keahlian khusus.

"Ulama adalah seorang yang punya keahlian dalam bidang tertentu, yang membawa dirinya pada akhlak yang luhur," kata Hidayat kepada Tempo saat ditemui di gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa, 18 September 2018.

Hidayat menyebut, julukan ulama selama ini salah kaprah bila hanya dikaitkan dengan pemuka agama. Menurut dia, sesuai dengan kamus bahasa Arab, ulama juga bisa dipakai untuk memanggil orang-orang yang ahli. Ahli mesin, listrik, ekonomi, industri, misalnya.

Ia menyayangkan banyak orang mengaitkan ulama dengan titel pemuka agama. Bahkan, disamakan dengan penyebutan untuk kiai haji di Jawa, ajengan di Sunda, dan tuan guru di Nusa Tenggara Barat.

Padahal ulama bukan hanya dimaksudkan untuk memanggil orang yang beroeran sebagai petinggi agama. "Di luar Indonesia, seperti di Arab, panggilan kiai itu memiliki kesetaraan dengan ustaz atau syekh," ujar Hidayat. Berbeda dengan ulama yang lebih luas maknanya.

Adapun dalam konteks penyematan embel-embel ulama kepada Sandiaga Uno, Hidayat mantap mengakui bahwa. mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu memiliki banyak keahlian. Sandiaga diakui ahli di bidang ekonomi, di bidang bisnis, dan relasi. Maka itu, ujar Hidayat, Sandiaga layak disebut ulama.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait