Budi Waseso Ancam Spekulan Beras: Saya Ini Mantan Kabareskrim

TEMPO | 24 September 2018 | 23:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Budi Waseso, Direktur Utama Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) menegaskan tak akan menolerir siapapun yang hendak mempermainkan komoditas beras sehingga mengganggu harga di pasaran. Terlebih dia mengklaim punya jaringan kuat di lapangan selama sebelumnya menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. 

"Saya ini mantan Kabareskrim (Kepala Badan Reserse Kriminal), punya jaringan. Jangan main-main sama saya," kata Buwas dalam acara Roundtable Ketahanan Pangan Nasional yang diadakan Komite Tetap Ketahanan Pangan Kadin di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2018.

Budi Waseso memang menjadi Kabareskrim dari 16 Januari 2015 hingga 7 September 2015, sebelum menjadi Dirut Perum Bulog. Di tengah masa jabatan, lulusan Akademi Kepolisian 1984 ini diangkat menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional hingga hingga akhirnya pensiun dari Polri pada Februari 2018 dengan pangkat terakhir Komisaris Jenderal.

Budi Waseso mengatakan sudah mengerti permainan beras di pasaran berdasarkan pengalamannya menangani kasus serupa saat menjadi aparat kepolisian. Hanya saja saat ini, dia tidak ingin menimbulkan kegaduhan dengan mengungkapnya terang-terangan. "Saya kan nggak mau bikin rame. Tapi kalau saya ditantang, saya buka benar-benar," ujarnya.

Budi Waseso menyampaikan ini di tengah polemik impor beras yang terjadi beberapa hari terakhir. Pemerintah memutuskan kuota impor tahun ini mencapai 2 juta ton pada April 2018 untuk menjaga stok dan mengendalikan harga di pasaran hingga akhir tahun. Tapi Budi Waseso mengatakan stok beras cukup sampai Juli 2019 dan tak akan ada penambahan lagi.

Persoalan harga beras di pasar, kata Budi Waseso, tidak melulu disebabkan oleh berkurangnya suplai atau meningkatkan permintaan. "Memang berpengaruh tapi nggak mutlak, begitu lo." Menurutnya, penyebab lain juga muncul dari adanya permainan dari para pelaku distribusi beras.

Salah satunya, praktik mengubah beras jenis medium menjadi premium dengan zat pemutih tertentu. Praktik ini tentu bisa membuat terjadinya perubahan harga akhir di pasaran. "Jadi bongkar jaringan narkotika saja saya berhasil, apalagi bongkar ini yang sudah telanjang mata," kata Budi Waseso.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebelumnya menegaskan saat ini cadangan pangan Indonesia aman. Bahkan, kata Amran, investasi dari bidang pertanian meningkat dari Rp 23 triliun menjadi Rp 40 triliun per tahun.

Kementerian Pertanian mendata ada 2 juta hektare lahan sawah yang belum panen. Sayangnya Amran tak merinci data produksi panen serta cadangan yang dimiliki Kementerian Pertanian. "Kami sekarang fokus ekspor agar petani sejahtera, devisa meningkat, negara kuat," ujarnya menanggapi kisruh soal impor beras antara bos Bulog Budi Waseso dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait