Uni Eropa Desak Investigasi yang Kredibel dalam Kasus Jamal Khashoggi

TEMPO | 23 November 2018 | 13:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Untuk mengungkap pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, yang dilakukan tim pembunuh bentukan lembaga intelijen Arab Saudi, Uni Eropa meminta dilakukan investigasi yang kredibel dan transparan. Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan proses investigasi yang kredibel dan transparan ini belum lengkap.

“Mereka yang terlibat, benar-benar terlibat atas pembunuhan mengerikan ini, harus dimintai pertangung-jawaban,” kata Mogherini dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, seperti dilansir Reuters dan Times Now News pada Kamis, 22 November 2018 waktu setempat. ”Bagi kami pertanggung-jawaban tidak berarti balas dendam,” tambahnya. Dia mengaku menolak pelaksanaan hukuman mati terkait kasus apapun.

UE menyampaikan sikap ini setelah keluar pernyataan dari otoritas Saudi bahwa ada 5 orang dari 21 tersangka kasus pembunuhan Jamal Khashoggi yang bakal dikenai tuntutan hukuman mati. Ini termasuk 11 orang yang telah dikenai tuntutan hukum.

Menlu Cavusoglu baru saja tiba di Ankara dari kunjungan ke Washington dan New York untuk bertemu Menlu AS, Mike Pompeo, dan Sekjen PBB Eurico Guterres. Mereka membahas perlunya investigasi internasional untuk mengungkap kasus pembunuhan jurnalis senior Arab Saudi itu. 

Jamal Khashoggi, 59 tahun, tewas di kantor Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. Pemerintah Arab Saudi, yang awalnya mengaku tidak tahu menahu soal ini, belakangan membenarkan warga negaranya itu tewas akibat pembunuhan berencana. Pembunuhan itu dirancang oleh Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi dan melibatkan 15 orang, yang langsung berada di kantor konjen dan sebuah rumah aman atau safe house.

Deputi Kepala Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi, Ahmed Al Assiri, diduga mengirim tim pembunuh ini ke Istanbul. Dia dicopot dari jabatannya dan bakal menjalani sidang pengadilan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya.

Presiden AS Donald Trump menyatakan negaranya sekutu kuat Arab Saudi terkait kasus pembunuhan Jamal Khashoggi, yang merupakan penduduk di Virginia, AS. Dia mengatakan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman, bisa jadi tahu atau tidak tahu soal rencana pembunuhan itu. Sikap Donald Trump mengenai kasus pembunuhan Jamal Khashoggi mendapat kecaman dari sejumlah tokoh politik Partai Republik dan Demokrat. Mereka menyebut Donald Trump mengedepankan kepentingan Arab Saudi dan bukannya Amerika.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait