Pemindahan Ibu Kota, Ini Kota-kota yang Dianggap Memenuhi Syarat

TEMPO | 30 April 2019 | 21:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Presiden Jokowi berencana melakukan pemindahan ibu kota ke luar Jawa saat memimpin rapat terbatas yang diadakan di Kantor Presiden, Jakarta, Senin, 29 April 2019. Jokowi menjatuhkan pilihan ini ketika disodori tiga alternatif oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yaitu ibu kota tetap di Jakarta, di Jabodetabek, atau di luar Pulau Jawa.

Dari tiga alternatif, Jokowi memilih alternatif terakhir untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke luar Pulau Jawa. "Kalau saya, alternatif satu dan dua sudah tidak," katanya.

Jokowi mengatakan, pemindahan ibu kota bukan wacana baru. Sejak era presiden pertama, Soekarno hingga era-era presiden lainnya gagasan itu selalu timbul tenggelam. Padahal ia meyakini pemindahan Ibu Kota dapat menjadi antisipasi perkembangan negara pada masa yang akan datang. "Saya kira kita contohkan banyak sekali, baik Malaysia, Korea Selatan, Brasil, Kazakhstan. Kita ingin kita berpikir visioner untuk kemajuan negara ini," ujarnya.

Terdapat beberapa kota yang sejauh ini sempat disebut-sebut cocok sebagai lokasi ibu kota baru:

Palangka Raya

Kota seluas 2.679 kilometer persegi di Kalimantan Tengah ini sempat disebut-sebut sebagai Ibu Kota baru di era Presiden Soekarno. Saat meresmikan Palangka Raya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah pada 1957, Soekarno menyatakan ingin merancangnya menjadi ibu kota negara. Hal itu menurut Bung Karno sudah tertuang dalam masterplan yang ia buat sendiri dalam pembangunan kota tersebut pada masa kemerdekaan. Selain itu dalam laporan milik Tim Nawa Cipta, Bappenas, pada tahun 2018 lalu, bersama kawasan tengah pantai utara Pulau Jawa (Indramayu, Cirebon, Brebes), Palangka Raya menjadi lokasi yang disarankan menjadi lokasi ibu kota.

Jonggol

Gagasan pemindahan ibu kota muncul kembali dengan mengusulkan daerah Jonggol, Bogor, Jawa Barat, sebagai ibu kota negara di era kepemimpinan Soeharto. Jonggol memang memiliki lahan kosong yang cukup luas. Jaraknya yang hanya 60 kilometer dari Jakarta pun relatif mudah dijangkau. Ini juga membuat Jonggol dianggap pilihan yang paling realistis untuk lokasi ibu kota. Menurut penilaian Bappenas dalam laporan Tim Nawa Cipta, daerah Jonggol yang termasuk di kawasan daratan tengah Barat Pulau Jawa, memiliki skor yang tergolong baik yakni 148. Skor ditentukan oleh posisi strategis secara geografis dan dikaitkan dengan kondisi fiskal. Skor terendah di Pulau Jawa ada di wilayah pantai timur Jawa, tertinggi di pantai utara kawasan tengah.

Jawa Barat

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan wilayah Jawa Barat bagian utara atau timur menarik sebagai calon ibu kota baru. Airlangga mengatakan kajian ibu kota negara yang baru menarik dikaji terkait dengan era digitalisasi. Calon ibu kota itu harus dipikirkan sejak sekarang menuju Indonesia 2045. “Studi (ibu kota) di Kalimantan masih bisa dikaji lagi, mana tempat lain yang lebih efisien,” katanya di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, Senin, 29 April 2019. Jawa Barat, Airlangga mengatakan, merupakan daerah yang ekonominya berbasis industri hingga mencapai hampir 40 persen. Ia menyebut Karawang, Bekasi, dan Purwakarta sebagai Detroit versi Indonesia, pengekspor produk otomotif dan elektronik. Selanjutnya ia menyebut wilayah Indramayu, yang sudah ditopang infrastruktur Bandara Internasional Kertajati.

Mamuju

Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla pernah menyatakan Mamuju, Sulawesi Barat, menjadi Kota yang tepat sebagai ibu kota baru. Alasannya karena kota ini berada di tengah-tengah negara. "Kebanyakan (negara tetangga) mengambil tempat yang persis di tengah negara. Tahu tidak kota apa yang persis di tengah Indonesia? Mamuju," ujar Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Selasa, 25 April 2017. Ia menjelaskan, sejumlah negara tetangga memilih ibu kota di tengah negara karena dianggap strategis. Lebih jelasnya, dengan ibu kota berada di tengah negara, pemerintah lebih mudah membagi perhatian ke wilayah-wilayah lainnya alias lebih adil.

Kalimantan

Pada 2013 lalu Andrinof Chaniago yang sempat menggawangi Tim Visi Indonesia 2033, menyebut Kalimantan adalah lokasi yang baik untuk memeratakan pembangunan. Ia menyebut Kalimantan sebagai ibu kota dapat memanfaatkan potensi air dan sumber daya alam lain di sana, mempercepat pembangunan di Indonesia Timur, menciptakan mesin penggerak keseimbangan antar wilayah dalam pertumbuhan ekonomi, dan pemanfaatan lahan menganggur, dan lainnya.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait