Hermawan Sulistyo Paparkan Kejanggalan Korban Tewas Aksi 22 Mei

TEMPO | 27 Mei 2019 | 03:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Hermawan Sulistyo, Profesor Riset bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menemukan serangkaian kejanggalan dalam tewasnya delapan orang dalam insiden kericuhan aksi 22 Mei 2019.

Ia menuturkan, delapan korban tewas tersebut ditembak dengan metode single bullet dan semua terkena di bagian leher serta dada pada sisi yang sama. "Semua tembakan single bullet di leher belakang telinga. Cuma satu tapi langsung mematikan," kata Hermawan saat dihubungi, Minggu (26/5)

Menurut Hermawan, tembakan aparat kepolisian biasanya acak dan bukan single bullet di bagian kepala. Ia pun menilai ada unsur kesengajaan dengan melihat titik sasaran penembakan di tempat yang sama. "Kan, tidak mudah menembak (di bagian) leher itu," ucap Hermawan. Hermawan  juga menduga, jenis senjata api yang digunakan adalah pistol jenis Glock yang biasa dipakai perwira termasuk jenderal.

Kejanggalan lainnya, meurut Hermawan adalah tidak jelasnya orang yang membawa para korban ke rumah sakit. "Mosok RS tidak tanya: sampeyan siapa, kok, bawa-bawa mayat ketembak ini?" kata dia. Sehingga tidak diketahui lokasi penembakan akibat tidak jelasnya identitas yang membawa korban.

Dalam rangkaian aksi 21-22 Mei 2019 di gedung Bawaslu, Jakarta, yang berujung pada kericuhan di beberapa tempat, tercatat delapan orang tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka. Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian membentuk tim investigasi untuk mengusut kerusuhan 22 Mei 2019..

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait