Kalau Bisa di Rumah Saja, Kenapa Harus Berangkat Kerja?

Redaksi | 19 Juni 2020 | 17:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sejak kapan manusia mulai bekerja dari pagi samai sore? Saya tidak tahu, mungkin sejak revolusi pertanian dimana mulai banyak pemilik tanah dan kelompok orang yang tak memiliki lahan garapan. Para pemilik tanah perlu bantuan orang lain mengolah lahan untuk ditanami. Sementera yang tak memiliki tanah perlu penghasilan dengan menggarap tanah milik para juragan. Para pekerja ini bergulat di ladang dari pagi sampai sore. Mereka mendapat imbalan, mula-mula berupa bagian hasil panenan sebelum akhirnya dalam bentuk uang.

Setelah revolusi industri dan ditemukan berbagai alat produksi, para pemilik modal yang membeli berbagai alat produksi membutuhkan banyak tenaga untuk menjalankan roda produksi. Banyak pabrik berdiri dan membutuhkan banyak pekerja. Dalam pekerjaan jenis ini, produktivitas para pekerja ditentukan oleh ketrampilan menjalankan alat produksi dan kehadiran mereka di tempat kerja menjadi mutlak. Semakin lama berada di tempat kerja, produktivitas makin tinggi. Mesin-mesin produksi tentu tak mungkin bisa dibawa pulang agar pekerja bisa bekerja dari rumah.

Tapi setelah ditemukan internet, yang tak sampai satu abad perkembangannya sudah demikian pesat, banyak hal mulai berubah. Muncul banyak pekerjaan jenis baru, dan dengan cepat mengubah banyak hal dalam dunia kerja.

Jauh sebelum wabah Corona datang, sudah banyak cara-cara bekerja yang berubah. Banyak pekerjaan bisa diselesaikan tanpa mengharuskan kehadiran pekerja di tempat kerja. Editor di media online, misalnya, mereka bisa bekerja di mana saja tanpa harus ke kantor dan tetap produktif. Tapi reporter tentu saja harus terjun ke lapangan untuk mendapatkan berita. Tempat yang menjanjikan jaringan internet kencang menjadi spot favorit. Saat ini, mereka yang di rumah saja sepanjang hari, belum tentu pengangguran. Bisa jadi mereka, karena jenis pekerjaannya, bisa bekerja di mana saja, termasuk di rumah.

Istilah work from home (bekerja dari rumah) yang sebelumnya sudah dipraktekkan banyak orang, jadi tren baru yang terpaksa atau suka rela diikuti di tengah pendemi Corono yang menakutkan. Tapi kalau mau melihat sisi positifnya, sekarang momen yang tepat mengevaluasi segala tatanan dalam dunia kerja. Untuk semua jenis pekerjaan yang bisa diselesaikan tanpa kehadiran di tempat kerja, kenapa karyawan harus berangkat ke kantor? Di kota-kota besar seperti Jakarta, banyak pekerja tinggal di pinggiran atau luar kota, dan membutuhkan waktu sekitar 4 jam setiap hari untuk bergulat pulang pergi ke kantor. Apalagi makin banyak teknologi yang memungkinkan pekerjaan bisa diselesaikan dari manapun dengan sama efektifnya. 

Perubahan dalam tatanan dunia kerja ini akan berimplikasi sangat luas ke berbagai bidang kehidupan. Sisi baiknya, kemacetan akan semakin berkurang, pembangunan gedung perkantoran makin tak relevan, dan setiap orang akan memliki makin banyak waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Tapi masalah yang muncul juga pasti banyak setelah gerakan bekerja dari rumah makin masif, sama banyaknya seperti saat bekerja harus di kantor. 

Perubahan sering kali menakutkan, bahkan ketika perubahan itu menjanjikan kondisi yang lebih baik. Sepertinya kita memiliki kecenderungan alamiah untuk mempertahankan sesuatu yang selama ini sudah berjalan sebagaimana adanya. Tapi kita manusia juga sudah didesain secara alami untuk selalu berusaha menyesuaikan diri. Perubahan sedramatis apapun lama-lama akan menjadi biasa, dan tak lagi merepotkan.

Kalau kemarin kita terpaksa berubah karena wabah Corona, sakarang berubah karena ditemukan cara yang lebih baik. Ini mungkin yang akan jadi salah satu new normal baru. Mari menyambut datangnya kenormalan baru, yang barangkali sebentar lagi sudah tak baru lagi. Karena mungkin saat itu sudah ditemukan model baru, misalnya bekerja tanpa harus bekerja, atau bekerja atau tidak tetap dibayar. Kalau ini semua pasti menyambut gembira.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait