Masker Pindah ke Dagu, Protokol Kesehatan Menghadapi Tantangan Konsitensi

Redaksi | 2 Juli 2020 | 22:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Memakai masker terus menerus dalam waktu lama memang tak nyaman, kadang mengganggu. Apalagi kalau maskernya berbahan kain yang cukup tebal. Rasanya seperti kembali menghirup nafas sendiri yang baru keluar dari hidung. Beberapa orang yang tengah berolahraga, sering terpaksa menurunkan masker sampai dagu, agar bisa bernafas dengan lega. Beberapa pekerja di mal atau perkantoran juga melakukan hal yang sama. Menurunkan masker sampai ke dagu. Di jalanan pemandangan seperti itu juga banyak terjadi. Banyaknya produsen masker dadakan dengan desain warna-warni, masih belum efektif melahirkan tren sebagai pelengkap busana saat beraktivitas.

Sebagai bagian dari New Normal, tempat-tempat publik diwajibkan menyediakan hand sanitizer atau sabun dan air untuk cuci tangan. Di awal banyak yang disiplin menyediakan. Tapi setiap hari memastikan ketersedian hand sanitizer atau air dan sabut juga membutuhkan tenaga dan biaya. Tak terlalu mengejutkan ketika akan masuk ke satu toko atau kantor ternyata hand sanitizer yang dipajang sudah tak ada isinya. Atau air dan sabun sebagai pengganti juga tak lagi dalam kondisi bisa dipakai.

Menjaga jarak sebagai salah satu protokol kesehatan di tengah pandemi Corona, dipraktekkan dengan sangat bagus di banyak tempat. Tanda dalam bentuk silang X atau telapak kaki dipasang untuk mengingatkan setiap orang. Tapi memastikan setiap orang menjaga jarak di tempat-tempat umum dengan banyak kerumuman, ini juga PR yang tak ringan. Tak ada yang bisa menjamin setiap orang patuh. Mungkin Anda pernah mengalami diserobot saat menunggu antrean, padahal saat itu tengah menjaga jarak aman dengan antrean di depan.

Saat ini setiap kali akan masuk mal, kantor atau restoran besar, ada petugas yang siap dengan alat pengukur suhu. Banyak tempat, termasuk mal, yang melakukan ini dengan konsisten. Setiap pengunjung dicek suhu tubuhnya. Sisi baiknya, sekarang setiap hari kita akan tahu berapa suhu tubuh kita. "36," kata seorang petugas setelah mendekatkan alat pengukur suhu ke seorang pengunjung. "Alhamdulillah. Padahal umur saya sudah 50 tahun," jawab si pengunjung yang menyangka petugas menebak umurnya. Ini joke yang beredar di Facebook.

Kita semua tahu, memastikan setiap orang disiplin dan konsisten menjalankan protokol kesehatan sungguh tak mudah. Pelanggaran seperti banyak diberitakan di TV tak bisa dibiarkan atau akan menjalar dan melebar. Ancaman denda tak efektif kalau hanya diumumkan dan tak benar-benar dilakukan. Kita, rakyat butuh contoh, butuh teladan. Setelah ada contoh orang besar atau perusahaan/institusi besar dihukum keras karena melanggar protokol kesehatan, rakyat pasti akan mudah patuh. Selama masih ada berita pelanggar protokol kesehatan dibiarkan bebas, sulit untuk meminta semua orang patuh menjalankan protokol kesehatan. Kami patuh, tapi kalau orang tidak, kan percuma? Ini kerisauan banyak orang yang mesti dianggap serius, dan tak bisa diselesaikan dengan imbauan.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait