Kebetuhan Obat-obatan Melonjak 12 Kali Lipat, Menkes Beberkan Strategi Pemerintah

Redaksi | 27 Juli 2021 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sejak 1 Juni 2021 kebutuhan akan obat-obatan mengalami lonjakan sekitar 12 kali lipat. Kementerian Kesehatan melakukan sejumlah upaya antara lain berkomunikasi dengan Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia, mempersiapkan impor bahan baku obat, memperbesar kapasitas produksi, hingga mempersiapkan distribusinya.

Terkait stok sejumlah obat untuk penanganan Covid-19, Menkes menjelaskan bahwa di awal Agustus nanti obat-obatan seperti Azythromycin, Oseltamivir, maupun Favipiravir sudah mulai masuk ke apotek secara lebih signifikan. Stok Azythromycin secara nasional saat ini mencapai 11,4 juta dan terdapat 20 pabrik lokal yang memproduksi.

"Jadi sebenarnya kapasitas produksi mencukupi," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Untuk Favipiravir, saat ini stok obat secara nasional mencapai 6 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa produsen dalam negeri akan segera meningkatkan stok produksi Favipiravir, termasuk Kimia Farma.

PT Dexa Medica juga akan mengimpor 15 juta dan pemerintah akan mengimpor 9,2 juta dari beberapa negara di bulan Agustus. Pasokan Favipiravir juga akan ditambah dengan adanya pabrik baru yang rencananya akan memproduksi satu juta Favipiravir setiap hari mulai Agustus ini.

“Favipiravir ini akan mengganti Oseltamivir sebagai obat antivirus. Kalau Azythromycin tadi antibiotik, Favipiravir ini masuk kategori antivirus yang oleh dokter ahli lima profesi di Indonesia sudah mengkaji dampaknya terhadap mutasi virus delta ini dan mereka menganjurkan agar antivirusnya digunakan Favipiravir," jelas Menkes.

"Oseltamivir kita ada stok sampai bulan Agustus sekitar 12 juta tapi nanti ini akan pelan-pelan secara bertahap diganti Favipiravir, kita akan pertahankan stok ini," tambahnya.

Obat-obatan lain yang belum bisa diproduksi dalam negeri seperti Remdesivir, Actemra, dan Gamaras, pemerintah akan membuka keran impor dari negara lain. 

"Rencananya untuk Remdesivir Juli ini akan datang kita bisa impor 150 ribu dan Agustus kita akan impor 1,2 juta. Sekarang kita sudah dalam proses untuk bisa membuat Remdesivir di dalam negeri," ungkapnya.

Untuk Actemra, pemerintah akan mendatangkan 1.000 vial pada Juli ini dan akan ditambah 138 ribu vial lagi pada bulan Agustus mendatang. Actemra sendiri sempat mengalami lonjakan harga dari harga normal di bawah Rp10 juta, menjadi hingga ratusan juta.

"Gamaras kita akan impor 26 ribu bulan Juli ini dan akan impor lagi 27 ribu bulan Agustus," imbuhnya.

Selain obat-obat yang ada di apotek, Presiden Jokowi juga menginstruksikan pembagian obat bagi masyarakat yang melakukan isolasi mandiri. Sebanyak dua juta paket obat akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui puskesmas dengan dikirim oleh TNI.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan 11 perusahaan telemedicine untuk memberikan jasa konsultasi dokter gratis dan jasa pengiriman obat gratis.

Menkes juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menyimpan obat-obatan, terutama obat seperti Gamaras, Actemra, dan Remdesivir, di rumah hanya untuk berjaga-jaga. 

"Kasihan yang sakit kalau kita sebagai orang sehat ingin menyimpan obat. Bayangkan 20 juta warga menengah pengin beli Azythromycin satu paket 5 tablet itu 100 juta. Kasihan teman-teman kita yang membutuhkan," tandas Menkes.

Sumber: presidenri.go.id.

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait