Guruh Sukarno Putra Minta Kejelasan Status Koleksi Bung Karno yang Kini Tersimpan di Istana

TEMPO | 23 Agustus 2016 | 12:40 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Ketua Umum Yayasan Bung Karno, Guruh Sukarno Putra, meminta kejelasan status ribuan barang yang dulu dikoleksi oleh Bung Karno dan kini tersimpan di Istana Kepresidenan.

Guruh juga meminta pemerintah mengembalikan koleksi itu terlebih dulu kepada keluarga Sukarno sebelum nantinya akan dikembalikan ke  negara.

“Itu koleksi Sukarno, mestinya dikembalikan dulu kepada ahli warisnya. Kalaupun ada amanat untuk diberikan kepada rakyat itu, tidak serta merta negara memilikinya. Harus ada pembicaraan dulu etikanya,” ujar Guruh dalam Seminar Karya Seni Rupa dan Sejarah Indonesia di Galeri Nasional, Senin, 22 Agustus 2016.

Menurut Guruh, pemerintah harus memperjelas status koleksi tersebut. Dia mengharapkan pemerintah selekasnya membicarakan masalah ini dengan keluarga Sukarno melalui Yayasan Bung Karno. Yayasan ini, kata Guruh, yang berhak untuk membicarakan masalah ini karena didirikan oleh delapan putra putri Sukarno.

Seperti diketahui, Istana Kepresidenan menyimpan hampir 3.000 koleksi benda yang sebagian besar –lebih dari 2.000 benda dikoleksi pada era Presiden Sukarno. Sebagian besar merupakan lukisan dari para pelukis dalam dan luar negeri.

Dalam acara itu pula Guruh menjelaskan sejarah Bung Karno mengoleksi lukisan-lukisan para seniman. Dia mencontohkan beberapa koleksi istana yang telah berpindah tangan. Padahal lukisan-lukisan itu berada di istana yang penjagaannya ketat. “Bagaimana dengan ratusan dari ribuan koleksi yang hilang,” ujar Guruh.

Guruh mencontohkan sebuah lukisan berada di tangan seorang pengusaha, ada pula lukisan karya Basuki Abdullah yang dipajang di balai lelang, lalu tahun berikutnya, ada lukisan istana yang dibeli orang Indonesia. Ada pula lukisan yang dicuri lalu dipasang lukisan reproduksinya.

Mantan Kepala Biro Pengelolaan Istana, Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana, Sekretariat Presiden, Adek Wahyuni Saptantinah, pada acara itu juga menjelaskan semula tak ada data resmi daftar koleksi Istana Kepresidenan.

Menurut Adek, jika ada lukisan hilang kemungkinan itu terjadi pada masa transisi pemerintahan Sukarno dan Suharto. “Pada saat saya masuk dan mulai kerja di sana tidak ada daftar itu, kami lalu mulai satu persatu mendata berdasarkan buku koleksi Presiden Sukarno,” ujar Adek.

Adek juga menjelaskan pendataan lalu dilanjutkan dengan penilaian koleksi untuk keperluan anggaran perawatan. Saat dia masih bekerja, tak ada koleksi yang hilang. Malah ada beberapa koleksi istana yang semula milik museum dan galeri bisa diminta kembali tanpa ganti rugi kepada galeri tersebut. “Ada dua lukisan di Museum Rudana Bali, satu lagi lukisan di galeri di Jakarta. Mereka mau kok memberikan,” ujar Adek.

Guruh juga menyampaikan niat Yayasan Bung Karno untuk merawat koleksi Bung Karno dalam satu tempat tersendiri seperti museum. Dia juga menyetujui wacana adanya ketentuan atau aturan tentang benda-benda koleksi istana.

Kurator pameran 17:71 Goresan Juang Kemerdekaan, Mikke Susanto, mengatakan masih ada masalah dalam pengelolaan koleksi istana kepresidenan ini. Salah satu tujuan pameran ini  adalah untuk perlindungan koleksi istana. “Barang-barang ini belum masuk cagar budaya  tetapi belum ada payung hukumnya,” ujar Mikke.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid  juga mengatakan pihaknya akan segera menyiapkan regulasi tentang hal ini dan sampaikan ke sekretariat presiden dan istana. Hal senada juga dikatakan Eko Sulistyo, Deputi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi pada Kantor Kepala Staf Kepresidenan. “Sudah banyak masukan, nanti kami sampaikan.”

 

 

 

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait