Cerita Djarot Soal Ancaman Pembunuhan Ahok di Aplikasi Telegram

TEMPO | 20 Juli 2017 | 08:15 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan adanya ancaman pembunuhan terhadap Ahok, panggilan Basuki Tjahaja Purnama melalui aplikasi Telegram. Ancaman itu ketika Ahok masih menjadi Gubernur DKI. “Ancamannya sudah lama, bahkan sebelum Telegram (diblokir) saya juga sudah dengar itu,” ucap Djarot di Gandaria City Mall, Rabu, 19 Juli 2017.

Rencanan pembunuhan terhadap Ahok itu santer disebut sebut saat pemerintah mengumumkan pemblokiran aplikasi Telegram. Dari layanan Telegram itu, rencana pembunuhan Ahok terdeteksi berbarengan dengan rencana pengeboman mobil dan tempat ibadah pada 23 Desember 2015. 
Bahkan, kata Djarot, ancaman itu kembali berembus saat Aksi Bela Islam pada 4 November 2016. Djarot mengatakan Ahok tak gentar atas ancaman tersebut.

Djarot menyayangkan beredarnya video anak-anak yang bersorak "bunuh si Ahok". "Tidak boleh saling mengancam, apalagi mengancam kehidupan orang lain. Ini tidak boleh dibiarkan," ujar Djarot.

Karena adanya ancaman tersebut, Djarot menyarankan Ahok tetap berada di Markas Komando (Mako) Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Ahok kini ditahan karena divonis bersalah dalam kasus penistaan agama. "Makanya saya berani bahwa yang lebih aman itu di Mako Brimob dibanding LP Cipinang. Selain itu kapasitas di Mako Brimob lebih besar," ujar Djarot.

Djarot mendukung penutupan aplikasi Telegram. Alasannya, aplikasi Telegram memang jadi incaran pelaku kejahatan, terutama dari kelompok radikal. Paham-paham radikal beredar dengan mudah lewat aplikasi tersebut.  "Karena di situ banyak sekali pembicaraan konten-konten tentang radikalisme, salah satunya ancaman kepada Pak Ahok, " ujar Djarot.

 

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait