Kesaksian Tim Medis: Alat Oksigen Rusak Saat Choirul Huda Diberi Pertolongan

TEMPO | 23 Oktober 2017 | 21:40 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Penjaga gawang senior Persela Lamongan, Choirul Huda meninggal pada Minggu, 15 Oktober 2017, setelah terlibat benturan dengan rekan satu klubnya, Ramon Rodrigues, kala Persela Lamongan bertanding melawan Semen Padang di lanjutan kompetisi Liga 1.

Tim Medis yang bertugas menolong Choirul Huda sebelum akhirnya meninggal menceritakan detail kejadian itu kepada Tempo.

Petugas medis RSUD Soegiri, Budi Wignyo yang bertugas saat laga Persela Lamongan melawan Semen Padang menyatakan bahwa tim sebenarnya sudah bergerak cepat sesaat setelah benturan itu terjadi. 

Dia menyatakan bahwa mereka langsung memutuskan agar Huda di bawa ke rumah sakit karena melihat nyawanya terancam.

“Kami langsung melihat tabrakan itu sangat mengancam nyawa, sehingga kami memutuskan untuk merujuk ke rumah sakit,” ujar petugas medis RSUD Soegiri untuk Persela, Budi Wignyo saat ditemui Tempo, Jumat, 20 Oktober 2017.

Saat itu, kata Budi, banyak pihak yang tampak berinisiatif membantu. Samar-samar ia mengingat ada dua pemain yang ikut mengangkat Choirul Huda ke atas tandu. Keduanya masing-masing mengangkat pada bagian pinggang dan kaki kiri.

Saat mengangkat, tulang belakang harus lurus agar menjaga keseimbangan. Harus satu garis dari ujung kepala, punggung, sampai kaki. Posisi ini disebut in line mobilisation. Mengangkatnya juga harus kompak, supaya tidak miring.

“Kemarin sempat miring,” ujar Budi, lantaran adanya bantuan orang yang bukan petugas medis.

Budi menyatakan bahwa timnya sempat kesulitan karena alat pengukur asupan oksigen yang mereka miliki mendadak rusak.

Banyaknya pihak yang berupaya membantu itu, menurut Budi, ternyata membawa masalah lain bagi tim medis. Alat manometer yang mereka bawa sempat rusak karena selangnya terputus saat dibawa seorang pemain dari pinggir lapangan.

“Akibatnya, fungsinya tidak optimal karena kami harus memegangi manometer itu supaya tetap tersambung dengan tabung oksigen,” kata Budi.

Meskipun mengalami beberapa kendala, Budi menyatakan bahwa tim medis telah berupaya optimal menyelamatkan Huda sejak di lapangan hingga di Instalasi Gawat Darurat RSUD Soegiri. Di IGD, mereka pun terus berusaha karena melihat masih adanya harapan hidup.

“Meskipun tidak ada respon denyut jantung, kulitnya sempat memerah. Asupan oksigen naik menjadi 80 persen,” ujar Kepala IGD RSUD Soegiri, Yudhistiro Andi Nugroho.

Selain kadar saturasi oksigen yang naik, wajah Huda tidak lagi membiru. Tim pun tetap melakukan bantuan nafas. Sejurus kemudian, kulit Huda sempat memerah pertanda membaik, namun wajahnya pucat memutih. “Dia lalu ngedrop.”

Choirul Huda pun dinyatakan meninggal pada pukul 17.15 WIB di RSUD Soegiri.

Yudhistiro menyatakan bahwa penjaga gawang berusia 39 tahun itu tewas akibat trauma pada bagian dada, rahang serta lehernya.

 

TEMPO.CO

 

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait