Musik Pernikahan Kahiyang Secantik Bunga yang Mekar

Wayan Diananto | 28 Oktober 2017 | 19:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Musik salah satu elemen yang dipikirkan Gibran. Selain band, harus ada musik tradisional untuk memainkan beberapa tembang mengiringi prosesi pernikahan.

Untuk musik tradisonal, Gibran menghubungi Pranata Laboratorium Pendidikan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta, Guntur Sulistiyono. Dalam wawancara empat mata, Guntur mengaku telah menyiapkan dua set gamelan yakni gamelan Coro Balen dan gamelan Ageng.

“Gamelan Coro Balen diletakkan di depan pintu masuk Graha Saba Buana, terdiri daro 10 perangkat dengan 10 pengrawit. Gamelan ini berfungsi untuk menyambut tamu kehormatan Presiden Jokowi. Instrumennya lebih spesifik, tidak ada yang berbentuk bilah. Semuanya berbentuk pencon (menyerupai gong kecil yang disangkutkan mendatar di atas sepasang tali yang direntang di atas kerangka kayu—red.). Tabuhannya bersifat keras dan nyaring,” urai Guntur di Solo, pekan lalu.

Berikutnya, gamelan Ageng yang dikawal 20 pengrawit dan 3 swara ati alias penyanyi. Gamelan ini berfungsi sebagai hiburan yang mendendangkan lagu-lagu Nusantara seperti “Es Lilin”, “Jali-jali”, “Kupu Kuwi”, dan beberapa lagu daerah lainnya.

Gamelan yang digunakan dalam pernikahan Kahiyang merupakan turunan dari gamelan babon (induk) di Keraton Surakarta. Peran gamelan dalam pernikahan Kahiyang sangat krusial.

Salah satunya, membawakan tembang untuk mengiringi mempelai perempuan keluar dari ruang ganti. Momen itu, kata Guntur, akan diiringi tembang “Ketawang Sekartejo” dan “Puspowarno”.

“Puspowarno berarti aneka kembang yang mekar. Tembang ini memberi tahu para tamu, Mbak Kahiyang telah siap tampil laksana kembang yang mekar dan bersinar. Penampilannya harum dan sedap dipandang,” Guntur menjelaskan.

Tembang lain yang dipersiapkan, “Kodok Ngorek” untuk panggih manten, yakni pertemuan mempelai pria dan mempelai wanita. Dipilihnya “Kodok Ngorek” disertai alasan kuat. Suara katak yang bersahut-sahutan setelah hujan reda bagi masyarakat Jawa simbol harmoni alam yang indah. 

“Katak-katak itu bersahut-sahutan dan bercengkerama. Diharapkan, kehidupan Kahiyang dan Bobby kelak penuh senda gurau, tawa bahagia. Sementara untuk sungkeman akan diiringi tembang “Mugi Rahayu”. Dalam bahasa Indonesia, mugi rahayu berarti semoga selamat. Ini doa esensial untuk kedua mempelai,” papar Guntur. 

Terkait urutan acara dan detail lagu, Guntur enggan menjelaskan lebih jauh. Namun untuk seragam pengrawit, Guntur menyebut ada dua jenis seragam yang dipakai timnya. Untuk sesi siang, pengrawit mengenakan warna putih. Malam harinya, seragam hitam.

“Seragam hitam layaknya abdi keraton. Hitam dan putih kami pilih karena kedua warna ini netral, tidak memperlihatkan keberpihakan kepada golongan tertentu. Selain itu warna ini menggambarkan suasana hati yang sederhana namun bahagia. Persiapan tim musik tradisional hingga Sabtu (13 Oktober) kemarin sudah mencapai 90 persen. Relatif lancar karena pihak keluarga Presiden mengabari saya 1,5 bulan lalu. Saat dikabari, saya bahagia bercampur kaget karena ini kali pertama saya mendapat kepercayaan dari keluarga RI-1,” tutup dia. 

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait