Cacing di Ikan Sarden dan Makarel, Ini Penjelasan Ahli Parasitologi

TEMPO | 2 April 2018 | 00:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Heboh ditemukannya cacing pada tubuh ikan makarel dan ikan sarden kemasan kaleng masih meresahkan. Terlebih, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan mengeluarkan pernyataan ada 27 merek makarel kaleng yang terindikasi mengandung cacing.

Wisnu Nurcahyo, ahli parasitologi Univesitas Gadjah Mada mengatakan, cacing yang terdapat dalam ikan makarel dan ikan sarden berjenis Anisakis. Parasit ini termasuk ke dalam golongan Nematoda yang umumnya hidup dalam tubuh ikan air laut. Jenis ikan yang dijadikan inang cacing ini adalah ikan yang hidup di negara sub tropis, seperti ikan salmon, ikan kod, ikan hering dan sebagainya.

Di Indonesia, jenis ikan yang sering menjadi habitat cacing Anisakis adalah ikan kakap, kerapu, kembung, kuwe dan berbagai macam jenis ikan karnivora lainnya. Wisnu mengungkapkan pengaruh perubahan iklim global diduga mengakibatkan ikan-ikan yang hidup di belahan negara subtropis menular kepada ikan-ikan dari daerah tropis.

Cacing Anisakis ini menempati area seperti otot dan organ-organ dalam pada tubuh ikan. "Dan, kalau berbicara manusia yang mengkonsumsi ikan sarden atau makarel dimana terdapat cacing Anisakis didalamnya, secara langsung tidak berakibat apa-apa," kata Wisnu dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 31 Maret 2018.

Hal ini karena ikan tersebut sudah dimasak dengan pemanasan suhu tinggi. Dalam kondisi demikian, menurut Wisnu, tentu cacing Anisakis sudah mati akibat pemasakan.

Dilansir dari Livestrong, mengkonsumsi ikan dan makanan laut mentah lain dapat menyebabkan tubuh kekurangan vitamin B1 atau tiamin. Tiamin merupakan vitamin yang penting untuk pencernaan yang tepat, fungsi ginjal juga pencegahan diabetes.

Diberitakan juga bahwa mengkonsumsi ikan yang sudah dimasak tidak akan mempengaruhi kadar tiamin Anda. Ini karena memasak dapat menghancurkan dan menghilangkan bahan kimia yang berbahaya bagi tiamin dalam tubuh Anda.

Suhu diatas 63 derajat celcius sudah dapat membunuh cacing Anisakis. Namun, pemanasan itu sendiri akan memicu keluarnya antigen ES dari cacing. Dengan jumlah antigen ES yang banyak dalam ikan kemasan kaleng, bila dikonsumsi oleh orang yang menderita alergi dapat berakibat timbulnya hipersensitivitas atau reaksi alergi yang berlebihan.

Reaksi ini disertai dengan gejala muntah-muntah, keluarnya air liur yang berlebih, keradangan pada saluran pencernaan, juga diare. Jika tidak segera mendapat pertolongan dokter, hal tersebut dapat mengakibatkan kematian.

"Bila proses pemasakan tidak cukup matang, maka cacing tersebut masih tetap aktif. Telur yang ada dalam cacing akan tetap hidup, dan mengkonsumsinya akan menimbulkan infeksi akibat larva yang menetas dari telur Anisakis masuk menembus usus," kata Wisnu.

Wisnu menegaskan, mengkonsumsi ikan laut tidaklah berbahaya. Asal ikan dimasak dengan proses pemasakan yang benar sehingga cacing di dalamnya dipastikan sudah mati.

Wisnu berharap kejadian ini menjadikan kewaspadaan bagi semua masyarakat dalam ikan dan makanan laut lainnya. Apalagi dengan Pemerintah yang saat ini gencar melaksanakan program Gemar makan ikan (Gemari). Jika masyarakat tidak mendapat informasi yang tepat, dikhawatirkan akan menurunkan animo masyarakat untuk konsumsi ikan laut.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait