Facebook Asia Tenggara akan Jelaskan Kebocoran Data ke DPR

TEMPO | 12 April 2018 | 06:45 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pimpinan Facebook Asia Tengggara akan menjelaskan soal kebocoran 1 juta data pengguna Facebook di Indonesia ke DPR. "Sebelumnya, kami ingin pastikan dulu bocornya," kata Ketua Komisi Pertahanan DPR RI, Abdul Kharis Almasyari, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 11 April 2018.

Pekan lalu, Komisi Pertahanan memanggil Facebook Indonesia untuk meminta penjelasan terkait kebocoran data tersebut. Namun mereka tidak memenuhi panggilan itu. Mereka beralasan pimpinan Facebook Asia Tenggara sendiri yang akan hadir, tetapi dia pekan lalu masih di Amerika Serikat.

Karena itulah, pertemuan DPR dan Facebook dijadwalkan ulang pada Selasa, 17 April 2018. Rencananya, pimpinan Facebook Asia Tenggara yang bakal hadir. "Bukan hanya dari Facebook Indonesia saja," kata Kharis.

Kasus bocornya 1 juta data pengguna Facebook Indonesia merupakan kejadian luar baisa. Untuk itu, semua pihak termasuk kepolisian bertanggung jawab menyelidikinya. Jika terbukti kasus ini adalah pelanggaran berat, sanksinya tidak cukup dengan teguran. "Kalau belum bisa dipastikan cukup atau tidak, maka akan meminta Kominfo memberikan sanksi lebih," ujarnya.

Kasus bocornya pengguna Facebook yang melibatkan lembaga konsultan politik Cambridge Analytica ini tidak hanya di Indonesia, diperkirakan tak kurang dari 87 juta pengguna Facebook di seluruh dunia bocor.

Kebocoran masif data Facebook ini diungkap oleh Christopher Wylie, mantan kepala riset Cambridge Analytica, yang ditulis harian The Guardian terbitan Inggris, Maret 2018. Menggunakan aplikasi survei kepribadian yang dikembangkan Global Science Research (GSR) milik peneliti Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan, data pribadi puluhan juta pengguna Facebook berhasil dikumpulkan dengan kedok riset akademis.

Data itulah yang secara ilegal dijual kepada Cambridge Analytica dan digunakan untuk mendesain iklan politik yang mampu mempengaruhi emosi pemilih. Konsultan politik ini bahkan menyebarkan isu, juga kabar palsu atau hoax, untuk mempengaruhi pilihan politik warga.

Dalam kasus kebocoran data Facebook itu, induk perusahaan Cambridge Analytica, Strategic Communication Laboratories Group (SCL), sudah malang-melintang mempengaruhi pemilu di 40 negara, termasuk Indonesia.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait