Jakarta Masuk 10 Kota Paling Tak Toleran, Ini Kata Sandiaga Uno

TEMPO | 9 Desember 2018 | 12:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sandiaga Uno menanggapi hasil penilaian Setara Institute tentang 10 kota paling toleran di Indonesia. Dalam penilaian itu, kota Jakarta tidak masuk dalam daftar 10 besar kota yang paling toleran.

Menurut Sandiaga, warga Jakarta harus lebih sering bermain basket agar menjadi lebih toleran. Jawaban itu dilontarkan Sandi seusai dirinya bermain basket di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Sabtu, 8 Desember 2018. "Karena kalau main basket itu toleransi banget, ada dari beribu-ribu suku sampai bule. Kita sangat toleran kalau main basket," kata Sandiaga.

Dalam permainan basket, kata Sandiaga, penghargaan terhadap perbedaan dan keberagaman sangat tinggi. Menurut dia, perbedaan pilihan apapun, termasuk agama, tak menjadi masalah saat bermain basket.

"Ada habib, ada koh Aseng, ada Sunda, dari berbagai pilihan agamanya berbeda-beda nggak ada masalah," kata Sandiaga sambil menunjukkan satu per satu rekannya bermain basket.

Sandiaga kemudian mengatakan temuan tentang Jakarta yang kurang toleran ini menjadi PR tersendiri bagi dirinya. Ia mengaku akan terus menggenjot supaya Jakarta semakin toleran dengan ukuran yang dapat disepakati bersama "Dan olahraga itu mempersatukan kita," ujar mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.

Setara Institue melakukan penilaian terhadap indeks kota toleran di Indonesia. Ada 10 kota yang dinilai paling toleran menurut Setara. Secara berturut-turut adalah Singkawang (6.514 poin), Salatiga (6.447), Pematang Siantar (6.280), Manado (6.030) Ambon (5.960), Bekasi (5.890), Kupang (5.857), Tomohon (5.833) Binjai (5.830) dan Surabaya (5.823).

Sementara itu, Jakarta sebagai ibu kota Indonesia termasuk dalam 10 besar kota yang dinilai paling tak toleran. Secara berturut-turut, kota yang dinilai paling intoleran menurut Setara adalah Tanjung Balai, Banda Aceh, Jakarta, Cilegon, Padang, Depok, Bogor, Makassar, Medan dan Sabang. "Tanjung Balai mendapat skor 2.81, Banda Aceh 2.83, Jakarta 2.88," kata Ketua Setara Institute Hendardi dalam pemaparannya di Jakarta, Jumat, 7 Desember 2018.

Menurut Hendardi, poin-poin yang diamati dalam menentukan indeks kota toleran yaitu kebebasan beragama/berkeyakinan, kesetaraan gender, dan inklusi sosial dijamin dan dilindungi undang-undang. Selain itu, kata dia, pernyataan dan tindakan aparatur pemerintah kota terkait dengan toleransi diperhatikan.

TEMPO.CO

Penulis : TEMPO
Editor: TEMPO
Berita Terkait