Marak Kasus bullying di Indonesia, Rachel Amanda: Nggak Cukup dengan Dihukum

RIK | 17 Februari 2020 | 14:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Kasus bullying di Indonesia masih marak terjadi. Tak hanya di sosial media, kasus perunungan secara fisik pun masih kerap terjadi, salah satunya yang melibatkan beberapa siswa di sebuah sekolah di daerah Semarang, Jawa Tengah. Terkait hal tersebut, Rachel Amanda yang memiliki latar belakang ilmu psikologi pun ikut berkomentar. 

Menurutnya, permasalahan bullying memang disebabkan oleh banyak faktor. Kebanyakan, berdasarkan pengamatannya, bullying dilakukan oleh orang yang juga pernah menjadi korban bullying di masa lalu. 

"Bullying itu kompleks. Sebelum kita ngelihat org yang mgebully, kita harus lihat background-nya juga, jangan-jangan dia korban bullying-nya juga. Ada kasus-kasus sebelumnya, ternyata pas kita lihat dia pernah menjadi korban juga, dipukul gitu. Dan, ngeberesin ini itu kompleks, kita harus melihat lingkungan ini," ungkap Rachel Amanda di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (15/2). 

Lebih lanjut, guna menuntaskan masalah bullying yang terjadi di masyarakat, proses hukum untuk pelaku nyatanya dianggap belum cukup. Edukasi terhadap isu bullying dianggap Rachel Amanda juga harus terus digalakan oleh berbagai pihak agar kasus serupa tak terus menerus terjadi di lingkungan masyarakat. 

"Nggak cukup dengan dihukum, dipenjara, selesai. Kita harus melihat dari sisi pendidikan keluarga, dari sekolahnya sendiri. Nggak harus nunggu ada korban bullying, ini perilaku tidak dibenarkan," papar Rachel Amanda.  

Bagi Rachel Amanda, kasus bullying sudah menjadi 'sistem' yang kerap diwajarkan dalam beberap hal. Padahal, menurutnya, sekecil apapun perlakuan bullying bisa berdampak buruk bagi kondisi psikologis korbannya. 

"Kita nggak usah ngomongin yang dipukul-pukul deh. Mungkin kita pikir dia becanda, tapi ada juga yang menganggap nggak. Membiasakan dari yang kita-kita dulu. Dan jangan takut mencari bantuan. Ada kan korban yang takut untuk mengadu, temen-temen jangan takut mencari bantuan. Cari bantuan psikolog," pungkas Rachel Amanda

(rik)

Penulis : RIK
Editor: RIK
Berita Terkait