Joe Taslim Menerapkan Komunikasi Berbasis Empati Kepada Si Kecil

Wayan Diananto | 15 April 2017 | 16:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Beberapa bulan lalu, Joe Taslim (35) melintasi jalanan di Kota Megapolitan. Ia melihat anak-anak kecil melintas di atas aspal tanpa alas kaki. Ada yang mencoba meminta uang kepada pengguna jalan lain. Ada pula yang memainkan alat musik seadanya seraya berharap ada recehan berjatuhan.

Menyaksikan pemandangan itu, Joe mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri: bagaimana jika anak yang melintasi jalanan tanpa alas kaki dan sedang mengamen itu anak saya?

Sesampainya di rumah, bintang film Fast And Furious 6 membuka pintu kamar anak-anak. Joe melihat Hyori Mikaveli Taslim, Hiero Joe Taslim, dan Kaara Ofelia Taslim terlelap di ranjang. Alangkah nyamannya. Melihat anak-anak memejam, Joe mengajukan satu pertanyaan lagi kepada diri sendiri.

“Apa yang terjadi andainya saya tidak mampu menyediakan ruang tidur yang nyaman itu?” Diserang dua pertanyaan dalam hitungan menit membuat Joe berpikir keras. 

Malam itu, kenangan membawanya berkelana ke masa silam. Joe mendarat di awal dekade 1990-an. Kala itu, ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Masa kecil Joe tidak segemerlap sekarang. Joe lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas. 

“Dulu, keluarga saya kurang mampu meski saya tak sampai mengemis. Di rumah saya dulu, ketika SD, tidak ada listrik. Yang ada hanya penerangan dengan lilin. Jadi, saya tahu rasanya hidup dalam keterbatasan,” ungkap Joe di Jakarta Selatan, pekan lalu. 

Momen itu menguatkan hati Joe untuk menjalin komunikasi berbasis empati dengan si kecil. Apa yang diajarkan kapada anak-anak adalah apa yang pernah dirasakannya. Ia mengingatkan anak-anak bahwa tidak semua orang seberuntung mereka. Lebih lanjut, Joe mengajak anak-anak berbagi kepada orang lain jika memiliki rezeki lebih.

“Itu sebabnya saat anak ulang tahun, saya beberapa kali mengajak untuk merayakan ulang tahun di panti asuhan. Kelak, ketika telah dewasa dan berkarier, entah di bidang apa pun, mereka akan memiliki empati dan kemauan untuk berbagi,” ujar aktor kelahiran 28 Juni itu.

Joe berpendapat, empati dan toleransi dimulai dari rumah. Ayah Joe, Mardjuki Taslim, mengajari anak-anaknya bahwa orang lain, bagaimana pun kondisinya harus dihargai. Manusia itu hanya bisa dibedakan dari perilakunya, baik atau tidak baik. 

“Perkara casing-nya seperti apa, agamanya apa, bentuk muka bagaimana, itu sama di mata Tuhan. Pun kepada anak-anak saya mengingatkan: Kalau berteman, jangan berpikir si A kulitnya hitam, si B kulitnya kuning, si C rambutnya keriting, dan lain-lain. Jangan sampai perbedaan fisik membatasi kenyamanan dalam bergaul,” Joe menukas. 

 

(wyn/gur)

 

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait