Puspa Arumsari Berlatih 6 Jam Setiap Hari demi Medali Emas Asian Games

Vallesca Souisa | 16 September 2018 | 01:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Puspa Arumsari (25) menyumbang medali emas ke-13 untuk Indonesia. Ia meraih poin tertinggi, 467, sekaligus menghentikan langkah atlet asal Singapura, Nurzuhariah Mohammad Yazid (445 poin).

Kemenangan di Asian Games 2018 bukanlah prestasi pertama Puspa. Atlet kelahiran 10 Maret ini pernah meraih juara 1 ASEAN University Games 2014 di Palembang dan membawa pulang medali perunggu dari SEA Games Malaysia, tahun lalu. 

“Saya berlatih pencak silat sejak kelas 5 SD. Abang saya pelatih pencak silat. Dia orang pertama yang mengajak saya main silat,” Puspa mengawali perbincangan. Kejuaraan pertama yang diikuti Puspa, UNJ Open, ketika ia duduk di kelas 6 SD. “Namanya anak kecil, pulang lomba bawa medali pasti senang banget. Sejak itu saya makin termotivasi berlatih lebih giat agar bisa ikut pertandingan lainnya,” Puspa menyambung.

Keputusan Puspa awalnya ditentang orang tua. Apalagi ketika masuk tim pelajar pencak silat SMP, waktu latihannya sore sedangkan jam sekolahnya siang ke sore. Akibatnya, ia sering tidak masuk sekolah. Puncaknya, orang tua Puspa dipanggil kepala sekolah.

“Intinya saya disuruh memilih antara sekolah dan pencak silat. Orang tua memilih sekolah. Akhirnya saya keluar dari tim pelajar pencak silat tapi tetap berlatih pencak silat di perguruan pada malam hari,” ungkap Puspa yang kemudian belajar di Perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate.

Puspa sadar, risiko terbesar menjadi atlet bela diri, cedera. Ia pernah mengalami cedera lutut saat persiapan PON 2016 di Bandung. “Cedera itu sebenarnya sudah ada dari beberapa tahun sebelumnya tapi tidak terasa. Saya sampai harus dioperasi agar cepat pulih. Sebenarnya saya tidak mau dioperasi. Namun daripada saya tidak bisa bertanding, saya bersedia. Bersyukur akhirnya bisa ikut PON waktu itu,” Puspa mengenang.

Saat Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games, Puspa mempersiapkan diri agar lolos seleksi dan berlaga di ajang itu. “Saya menjalani karantina dan berlatih selama 6 jam per hari agar bisa tampil maksimal. Selama karantina, saya tidak bisa bertemu keluarga atau teman-teman. Sebulan menjelang Asian Games, kami dikarantina di Jakarta. Saat itu saya curi-curi waktu untuk pulang dan mencicipi masakan Mama. Meski hanya satu jam di rumah, lumayan untuk mengisi semangat setelah capai berlatih,” aku mahasiswi Jurusan Desain Grafis Politeknik Negeri Jakarta.

Jerih payahnya terbayar dengan medali emas. Puspa kini bisa menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Disinggung soal bonus, Puspa menyebut uang itu ditabung. Bonus lain dari pemerintah, para atlet peraih medali menjadi PNS. “Meski peluang menjadi PNS telah terbuka, saya tetap ingin punya bisnis yang berkaitan dengan bidang pendidikan saya yakni desain. Harapan saya, bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain,” Puspa mengakhiri perbincangan. 

(val / gur)

Penulis : Vallesca Souisa
Editor: Vallesca Souisa
Berita Terkait