Curhat Raffi Ahmad tentang Suka Duka Menjadi Produser Film

Wayan Diananto | 7 Oktober 2018 | 07:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Posisi baru Raffi Ahmad sebagai produser film menarik untuk diperbincangkan. Jabatan itu didapat Raffi dengan keringat. Presenter Dahsyat dan Pesbukers ini mengaku pernah dituding menghambur-hamburkan uang.

Ada pula yang menyebut Raffi Ahmad asal merekrut pemain padahal, yang dibutuhkan produksi layar lebar adalah aktor dan aktris dengan rekam jejak gemilang. Kami mengonformasi isu ini kepada Raffi. Inilah jawabannya.

“Jadi produser film itu enak? Enggak juga,” selorohnya. Aktor Terfavorit di ajang Indonesia Kids Choice Awards 2009 melanjutkan, “Laku tidaknya sebuah film tidak bisa dengan mudah ditebak tapi bisa dipelajari. Banyak film rilisan rumah produksi baru yang mengumpulkan 100 ribu penonton saja susahnya bukan main. Saya, sih alhamdulillah. Paling sedikit mengumpulkan 300 ribu penonton. Itu level aman agar kami tetap bisa memproduksi film baru.”

Bikin film ibarat berjudi. Rezekinya susah ditebak. Jauh-jauh syuting film hingga ke luar negeri ternyata jumlah penontonnya tidak sesuai harapan.

Ada juga film horor, The Secret: Suster Ngesot Urban Legend, yang dibuat dengan bujet terbatas namun mampu mengumpulkan lebih dari setengah juta penonton. Padahal, lawannya raksasa asal Hollywood, Avengers Infinity War. Film pertama yang diproduksi Raffi ini mengumpulkan 600 ribuan penonton.

The Secret satu-satunya film lokal yang dirilis bersamaan dengan Avengers. Raffi Ahmad berani melawan Avengers karena punya strategi. “Avengers bergenre aksi-fantasi dengan segmen mayoritas remaja dan laki-laki. The Secret yang bergenre horor menyasar remaja putri dan ibu-ibu. Beda genre jadi saya berani melawan meski produser lain kala itu memilih mundur,” kenang dia.

Menjadi produser zaman now, tidak gampang. Slot film Indonesia tahun ini sudah penuh. Mendapat jadwal rilis di bulan Oktober saja sudah bagus. Raffi mengulas, tahun ini, setiap minggu ada 3 film Indonesia yang dirilis. Bukan tidak mungkin, tahun depan ada 4 film lokal per minggu. Mengingat persaingan makin ketat, Raffi menganggarkan biaya produksi yang realistis. Tema film didesain seuniversal mungkin agar bisa dijual ke stasiun televisi. 

Dalam memproduksi film, Raffi menentukan segmen pasar dulu, baru memikirkan biaya produksi. “Segmen film Kesempatan Keduda dan Arwah Tumbal Nyai beda. Kesempatan menyasar anak muda, (penonton berstatus) janda dan duda muda, serta ibu-ibu. Film Arwah menyasar warga di luar Jakarta. Dari yang saya pelajari, penonton daerah bisa mendominasi 70 persen pasar film nasional. Apalagi penyanyi dangdut punya fans kuat di daerah,” ulasnya.

(wyn / gur)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait