Roy Sungkono: 10 Tahun Berpisah dengan Ibu

Wayan Diananto | 20 September 2014 | 18:35 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Pada 1997, ujian menimpa keluarga Roy Sungkono (24). Waktu itu, Roy yang kemudian dikenal lewat sinetron Nada Cinta, baru duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD). 

Ayah Roy, Andreas Laurent Sungkono mangkat. Roy menggambarkan, sepeninggal ayahnya, kondisi ekonomi keluarga kolaps. Ibu Roy, Ernie Sungkono dipaksa menghidupi tiga anak yang masih sekolah.

Ernie dihadapkan pada dua pilihan yang sama sulitnya. Pertama, bekerja menyambung hidup di Indonesia. Tetap tinggal satu atap dengan tiga buah hatinya, Eder Sungkono, Anita Fauziah Sungkono, dan Roy. Masalahnya, gaji di negeri sendiri tak akan cukup menghidupi empat nyawa dalam satu rumah. 

Kedua, bekerja di luar negeri. Ernie memilih yang kedua. Tiga tahun kemudian, Ernie hijrah ke Negeri Obama. Roy sejak kelas 5 SD membiasakan diri hidup jauh dari ibunya.
    
Mendengar cerita ini, kami membayangkan apa rasanya pisah dari ibu dan ditinggal bapak. Roy mengatakan, pada saat itu tak merasakan kehilangan. Fase paling berat justru ketika kelas 2 dan 3 SMP. Ketika pengujung semester tiba, para orang tua mengambil rapor anaknya. Hati Roy tersentil. 
    
"Saya berpikir, oh jadi begini rasanya menjadi anak yatim. Yang paling menyakitkan, seringkali saya melihat teman bepergian naik mobil. Ketika ban rusak, mereka bisa mengganti ban mobil sendiri. Saya bertanya: Lo diajarin siapa kok bisa ngutak-atik ban mobil? Teman saya menjawab begini: Papa yang ngajarin gue. Jawaban itu bikin saya tersentil. Papa dipanggil Tuhan dan belum sempat mengajari saya membetulkan ban mobil atau keterampilan lain," Roy bercerita.
    
Andreas Laurent Sungkono pemilik perusahaan agar-agar yang juga merintis bisnis di bidang furniture. Hidup berkelimpahan tidak membuat Andreas memanjakan ketiga anaknya. Salah satu momen bersama ayah yang paling dikenang Roy, ketika nilai rapor Roy dan kedua kakaknya melorot. Andreas langsung mengumpulkan tiga tas sekolah anaknya di ruang keluarga. 
    
Eder, Anita, dan Roy dipanggil. "Besok tidak usah sekolah, sekalian saja kalian menjadi tukang semir sepatu!" serunya dengan nada tegas. Andreas membiasakan anak-anak untuk menjadikan prestasi sebagai tradisi. Pendidikan adalah yang utama. Pesan itu disimpan Roy hingga sekarang. Dari Ibu, Roy belajar hidup mandiri. Sejak kelas 5 SD ia belum bertemu Ibu. 
    
"Saya pikir enggak akan pangling dengan wajah Ibu karena kami sering bertatap muka melalui aplikasi Facetime atau Skype. Selama terpisah, saya tinggal bersama kedua kakak dan Om (paman). Saya tipikal yang gampang menertawakan masalah. Kalau tiba-tiba kangen Ibu, saya kabur ke rumah teman dan mengobrol," ucap lawan main Pevita Pearce dalam film Dilema. Roy percaya, Tuhan membiarkan Roy kehilangan ayah dan terpisah dari sang ibu selama bertahun-tahun pasti ada tujuannya. 
    
Perpisahan, kegagalan, kesedihan, penantian, keberhasilan ada maksudnya. Roy membayangkan seandainya ayah masih hidup, tentu beliau tidak mengizinkan putranya terjun ke dunia showbiz. Roy sekolah, kuliah, dan menjadi pebisnis seperti ayahnya. Jalan Roy ke dunia hiburan dimulai pada 2008, saat Roy lulus SMA. Ernie menghubungi si bungsu, mengajukan dua penawaran. Melanjutkan sekolah sekaligus bekerja di Amerika atau menetap di Indonesia.

(wyn/adm)

Penulis : Wayan Diananto
Editor: Wayan Diananto
Berita Terkait