Arswendo Atmowiloto Adalah Legenda dalam Dunia Sastra dan Jurnalistik

Suyanto Soemohardjo | 21 Juli 2019 | 10:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Banyak sastrawan yang juga wartawan, tapi Arswendo Atmowiloto bisa disebut sebagai legenda dalam dua dunia itu. Sebagai wartawan, Arswendo Atmowiloto yang meninggal dunia pada Jumat (19/07) di usia 70 tahun, mencatat banyak prestasi gemilang. Dimulai saat menjadi wartawan harian Kompas, lalu pemimpin redaksi majalah remaja HAI, melahirkan tabloid Monitor dan menjadi pemimpin redaksi di banyak media milik grup Kompas-Gramedia.

Tangan dingin dan kecemerlangan pemikiran Arswendo Atmowiloto membuat hampir semua media cetak yang ditangani meraih sukses. Di semua media cetak itu Arswendo Atmowiloto tak hanya jadi pemimpin redaksi yang merumuskan konsep, tapi juga aktit menulis kolom.

Setelah tak lagi di grup Kompas, Arswendo Atmowiloto menjadi konsultan di grup penerbitan Tabloid Bintang. Berkat gagasan Arswendo pula tabloid Bintang mengubah pendekatan dan meraih sukses. Saat di grup Bintang Arswendo ikut membidani penefbitan talboid Dangdut dan Aura. Dia juga ikut mempertajam konsep semua penerbitan yang bernaung di grup Bintang.

Tahun 1998 Arswendo Atmowiloto memilih keluar dari Bintang dan membuat grup penerbitan sendiri dengan mitra baru. Di sini Arswendo Atmowiloto menerbitkan tabloid Pro-TV dan beberapa majalah anak-anak.

Arswendo Atmowiloto dikenal sebagai penulis yang sangat produktif. Di tengah kesibukannya sebagai wartawan dan kolumnis, Arswendo Atmowiloto tetap produktif menulis novel, skenario film maupun sinetron, naskah teater, buku non fiksi, juga jadi pembicara di berbagai seminar. Karya-karyanya sambung menyambung seolah tak pernah kehabisan ide.

Penonton TV Indonesia mengenal karya Arswendo lewat berbagai sinetron serial, seperti Keluarga Cemara, Satu Kakak Tujuh Keponakan, Menghitung Hari, Rumah Masa Depan, dll. Di dunia film banyak sekali novel karyanya atau skenario buatannya yang jadi film sukses. Sementara di dunia sastra novel-novel karya Arswendo Atmowiloto yang jumlah pulhan judul juga mendapat pengakuan dari para kritikus dan sesama sastrawan. Serial novel Senopati Pamungkas, Canting, Saat-Saat Kau Berbaring di Dadaku, Sang Pemahat, Semesta Merapi Merbabu, Pelajaran Pertama Calon Ayah, Sedusi: Sukses dengan Satu Istri, itu beberpa novel karya Arswendo.

Tak hanya memikat pembacanya, novel karya Arswendo Atmowiloto juga banyak meraih penghargaan.

Selain fiksi, Arswendo Atmowiloto juga menerbitkan beberapa buku non fiksi yang juga mendapatkan apresiasi luas, seperti buku Mengarang Itu Gampang. Buku ini ditulis dengan cara yang sangat mudah dibaca. Setelah membaca buku ini siapapun akan terinspirasi untuk menulis. Bukunya yang lain, Telaah Televisi, Menghitung Hari, Berserah Itu Indah, juga sangat menarik dan inspiratif.

Sebagai wartawan, sosok legendaris Arswendo Atmowiloto terekam dalam banyak media cetak yang berhasil dia bidani. Sebagai sastrawan kepiawaian Arswendo Atmowiloto terwujud dari banyaknya karya-karya gemilang yang telah dia hasilkan. Dan sebagai pribadi, teman-teman mengenal Arswendo Atmowiloto sebagai sosok yang ceria, senang bercanda, dan sangat peduli. Soal kedermawaan Arswendo Atmowiloto, orang-orang yang mengenalnya pasti tahu. Banyak yang pernah merasakan kedermawaan Arswendo Atmowiloto. Ujaran "enggak punya duit ya minta (ke Mas Wendo)", hal biasa dan sering terdengar di lingkungan pergaulannya.

Arswendo Atmowiloto, sastrawan dan wartawan cemerlang itu kini telah berpulang, berisitirahat dalam damai. Arswendo Atmowiloto meninggalkan seorang istri, Agnes Sri Hartini, tiga anak: Albertus Wibisono, Pramudha Wardhana, dan Cicilia Tiara, dan 6 cucu. 

Selamat jalan Mas Wendo, kenangan tentangmu akan tetap abadi lewat karya-karyamu, sebagai wartawan juga sastrawan jempolan.

 

Penulis : Suyanto Soemohardjo
Editor: Suyanto Soemohardjo
Berita Terkait