Wisma Florianus, Semangat Membangun Sektor Perhubungan dan Pariwisata Lembata NTT

Infomercial | 19 September 2019 | 17:30 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Memperingati Hari Perhubungan Nasional, 17 September ini, Tabloidbintang.com kedatangan seseorang yang setia mengabdikan hidupnya untuk perkembangan bidang perhubungan udara. Dialah Wisma Florianus, saat ini menjabat Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas III Wunopito Lembata, Nusa Tenggara Timur. Hampir seumur hidupnya dikerahkan untuk cintanya pada dunia penerbangan.

Karier Wisma Florianus berawal dari Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan. Dengan memiliki sertifikat Diklat Senior PKP – PK ia melangkah ke Unit Kespen (Keselamatan Penerbangan) setelah mengkuti diklat basic ATS (Air Traffic Service) di ATKP Surabaya. Pada tahun 2000, ia menempuh pendidikan ke Junior ATC (Air Traffic Control) dan pada tahun 2003 peningkatan diklat ke Senior ATC lalu mengemban tugas sebagai Penanggung Jawab Unit Pengatur Lalu Lintas Penerbangan di Bandara Frans Seda Maumere.

Tahun 2012 ia dimutasi sebagai pejabat struktural dengan jabatan Kepala seksi Teknik Operasi Keamanan dan Pelayanan Darurat di Bandara Frans Seda Maumere. Selain menduduki jabatan tersebut ia diberi kepercayaan sebagai Kordinator Airnav (Air Navigation) wilayah Bali mulai Oktober sampai dengan Desember 2014 membawahi 15 bandara kecuali Bandara Angkasa Pura Bali, Mataram, dan Kupang. Dan pada Januari 2016  ia dimutasi dari Bandar Udara Frans Seda Maumere ke Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya. Dari 11- 27 Januari 2016 Wisma Florianus dipercaya sebagai Kepala Seksi Teknik Operasi Keamanan dan Pelayanan Darurat. Dari Tambolaka, ia dimutasi ke Bandara Wunopito Lewoleba Kab. Lembata sebagai Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara pada 28 januari 2016 sampai sekarang dan akan mengakhiri masa bakti pada 30 November 2019 mendatang.

Tantangan

“Wunopito adalah bandara ketiga di mana saya ditugaskan. Tapi ini kali pertamanya menjabat sebagai Kepala Bandara. Ya, tantangannya berat. Sampai di Wunopito itu, banyak tantangan yang harus saya hadapi. Sampai hari ini pun PR-nya banyak. Di tahun 2016 itu, situasinya, panjang landas pacunya 1.200 meter, dan lebar 30 meter. Kapasitas apron untuk 1 pesawat. Terminal penumpang itu kondisinya, begitu penumpang tiba di bandara, langsung masuk di area check-in, setelah itu masuk security check point (SCP), X-Ray. Langsung ke ruang tunggu keberangkatan,” jelas Wisma.

Kondisi ruang tunggu pun menurutnya termasuk tak nyaman. Terpapar terik matahari, atau kala hujan bisa terkena imbas air hujan. Maka, Wisma mengerahkan timnya untuk menambahkan kanopi dan memperluas ruang tunggu, termasuk memperbaiki fasilitas lain, seperti fasilitas keamanan, X-Ray. Dalam upayanya mendandani bandara ini, khususnya memperluas landasan pacu, tentunya, diperlukan pembebasan lahan. Sayangnya, hingga hari ini masih mengalami keterbatasan lahan.

Untuk mewujudkan kenyamanan, keamanan, dan pelayanan maksimal, memang diakui dibutuhkan data dukung dari Pemerintah Daerah (Pemda) berupa beberapa dokumen seperti pembentukan tim appraisal untuk menilai harga tanah, pernyataan warga untuk pembebasan lahan dan beberapa dokumen dari badan pertanahan. “Untuk 2020, saya sebetulnya sudah berupaya mendapatkan bantuan lewat APBN. Dan dalam pembahasan anggaran untuk 2020, sudah terakomodir. Namun dalam perjalanannya, ada beberapa data pendukung yang harus didapat dari Pemda dan harus dilengkapi, sampai saat ini belum ada. Deadline-nya kan sampai Agustus (2019). Sekarang sudah masuk bulan September,” papar Wisma.

Wisma juga mengupayakan peningkatan daya dukung landas pacu (runaway). Kekuatan landas pacu saat ini hanya 12 PCN (pave code number), dengan jenis pesawat ATR 42 seri 500, kapasitas seat 43. Maskapai yang beroperasi TransNusa. Frekuensi penerbangan dalam satu hari, sebanyak satu kali. Namun belakangan ini ditambah di hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, frekuensi penerbangan sebanyak dua kali.

“Kita perlu meningkatkan kekuatan landas pacu dulu. Untuk menaikkan frekuensi pernerbangan sendiri, tentunya harus disesuaikan dengan demand (permintaan). Agar demand tinggi, tentunya sektor pariwisata dan industri lain harus ditingkatkan, sehingga orang tertarik mau ke sini. Ini perlu peranan Pemda juga. Kita bandara, menyiapkan fasilitasnya, untuk melayani para pengunjung,” demikian tutur Wisma saat bertandang ke kantor Tabloidbintang.com.

Sinergi Pariwisata dan Perhubungan

Obyek wisata alam dan bahari di Lembata, Nusa Tenggara Timur sesungguhnya tak kalah menarik dengan obyek wisata di daerah Indonesia lainnya. Bahkan sudah ada yang bertaraf internasional. Seperti penangkapan ikan paus dengan tradisi lokal yang menggunakan perahu tradisional dan peralatan tangkap berupa tombak. Ada obyek wisata Gunung Batu Tara, yang meletus setiap 15 menit, berada di tengah laut. Bukankah ini sebuah pemandangan yang menarik? Ada juga sebuah pulau, bernama Pulau Siput, yang satu pulau itu memang dipenuhi siput.

“Tempat-tempat ini menarik, hanya perlu lebih diekspos, sehingga orang-orang tau dan mau datang ke sini. Untuk itu, pemerintah daerah juga harus berani gandeng para pegiat pariwisata untuk ikut mempromosikan. Infrastukurnya juga harus mendukung. Semua kan berhubungan dan harus bersinergi,” ucap Wisma.

Semoga semangat untuk mengekspos daya tarik wisata dan memajukan bidang perhubungan kembali membara, di Hari Perhubungan Nasional. Sebagai Kepala Bandara Wunopito, Wisma, mengobarkan kembali semangat para petugas dan masyarakat sekitar dengan mengadakan serangkaian acara. “Pada Pra-Hari Perhubungan ada lomba yang mengikutsertakan anak-anak sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA. Yakni lomba fashion show, dengan busana bernuansa Nusantara. Ada lomba lukisan karikatur bertema bandara juga. Lomba futsal, lomba baris berbaris. Kemudian ada gerak jalan sehat juga bersama keluarga dan warga,” jelas Wisma.

Pada hari H-nya dilaksanakan upacara bersama di Bandara, dan dilanjutkan malam harinya syukuran serta ibadah di Bandara. Ibadah, setiap tahunnya dipimpin oleh pemuka agama dari agama yang berbeda. “Seperti tahun pertama, dipimpin oleh pemuka agama Katolik, tahun kedua dari Protestan, ketiga, dari Muslim,” terang Wisma. Tahun ini, adalah akhir masa tugas Wisma sebagai Kepala Bandara. Pesannya untuk generasi muda penerusnya, semangat untuk membangun harus tetap berkobar. Bekerja sesuai dengan kompetensi. Setiap permasalahan harus diselesaikan secara rasional, jangan emosional.

 

Penulis : Infomercial
Editor: Infomercial
Berita Terkait