Rina Gunawan, Si Tukang Sulap di Balik Pesta Pernikahan Terindah

Redaksi | 3 Maret 2021 | 05:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tidak sedikit artis yang banting setir melakoni bisnis di kala karier keartisannya mulai memudar. Namun hanya segelintir yang sanggup bertahan. Satu dari yang sedikit itu tersebutlah Rina Gunawan. Hebatnya, kiprah perbisnisan istri aktor Teddy Syach ini nyatanya tak sekadar bertahan, tapi juga berkembang hingga mencapai titik kemapanan usaha.

Rina Gunawani menjalani bisnis di bidang jasa EO/WO (event organizer/wedding organizer) yang tanggal berdirinya bertepatan dengan tanggal kelahirannya, 28 Juni 2000, dan diberi nama Rina Gunawan EO/WO setelah sebelumnya bernama 19HN. Sebuah bisnis di luar bidang keartisan yang sedikit-banyak melunturkan imejnya sebagai penampil. Tidak terdengar kiprahnya sekarang ini baik itu sebagai penyanyi, pesinetron atau pun presenter. Hanya lewat iklan sebuah produk pelembut pakaian sosoknya masih bisa disaksikan publik. Selebihnya, ia lebih banyak bergerilya dan “main di belakang” untuk kemudian... surprise, berakhir sebagai tukang sulap di balik keindahan dan terwujudnya mimpi orang. Beberapa pesta yang dikreatori Rina Gunawan adalah pesta pernikahan pasangan Christian Sugiono dan Tita Kamal serta Bunga Citra Lestari - Ashraff Sinclair. 

Berikut adalah petikan wanawancara Rina Gunawan dengan Tabloid Bintang Indonesia mengenai kiprahnya di EO/WO pada beberapa tahun silam. 

Bagaimana mulanya bisa terjun di bisnis ini? 
Sebelumnya aku cuma sering memperhatikan teman-teman artis seperti Inggrid Widjanarko, Adrie Subono, atau Jay Subijakto yang berprofesi sebagai stage director atau show director. Mereka para pekerja belakang layar yang sukses dan selalu bekerja penuh semangat serta mengandalkan kreativitas. Waktu itu aku berimajinasi, kapan ya bisa seperti mereka? Lalu aku menghadiri pesta ulang tahun Dede Yusuf 8 tahun lalu dan kebetulan aku duduk bersebelahan dengan Kris Dayanti. Dari obrolan-obrolan ringan soal perayaan pesta, Yanti tiba-tiba minta aku membuatkan pesta ulang tahun anaknya. Awalnya aku menolak, karena tidak pernah mengerjakan hal itu. Tapi karena Yanti terlihat serius banget, aku terima. Aku hanya learning by doing-lah istilahnya. Jalani saja.

Apa sih yang menjadi trademark EO/WO Teteh? 
 Lebih kepada acaranya. Aku menghindari kemonotan. Aku selalu mengusahakan perbedaan dalam mengurusi event pernikahan, agar bagi klien menjadi kenangan indah yang sifatnya personal. 

Apa prinsip-prinsip ideal EO/WO Teteh?
Merancang pernikahan itu harus mendetail, yang mencakup prosesi akad nikah hingga pestanya. Penjadwalan yang teratur poin yang sangat penting. Tahap konseling sebelum menikah salah satu jadwal wajib yang harus dijalani pasangan. Aku menjadi bagian dari keluarga mereka, yang menjembatani hubungan antara kedua keluarga bahkan menyangkut masalah keuangan. Hal yang sangat sensitif untuk dibicarakan. Terkadang kedua keluarga merasa malu mengungkap anggaran yang mereka miliki. Tentu saja hal semacam itu menjadi kendala. Namun melalui perantara WO, pembicaraan mengenai masalah itu lebih terbuka. 

Begitu intens peranan Teteh, menggunakan jasa WO mahal dong?
Aku ingin membuat semua orang mengerti, peran WO di sini meng-organize, mengatur segala sesuatunya di dalam penyelenggaraan pernikahan. Tujuannya membantu pasangan dan keluarganya menghadapi saat-saat bersejarah dan terindah namun terkadang merepotkan. Masalah katering, dekorasi, termasuk masalah anggaran menjadi tugas WO untuk menuntaskannya agar penggunaannya efisien dan efektif. Kami juga bertugas meredam dan meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan terjadi dan berpotensi merusak suasana pernikahan yang indah dan sakral. Jadi, jangan pernah menilai menggunakan jasa WO itu sekadar mahalnya saja. 

Bagaimana Teteh memaknai pekerjaan ini? 
Sebuah kebahagiaan. Ketika ada klien yang berucap, “Aduuh, Teh Rina, acaranya bagus banget,” dan mereka mengucapkannya dengan penuh rasa haru gembira, itu kebahagiaan buat saya. 

Tapi ada dukanya juga, 'kan?
Dukanya, kami bertemu dengan berbagai macam orang, dengan berbagai karakternya pula yang tidak semuanya menyenangkan. Kami harus mempunyai jantung yang sangat banyak dan harus sanggup sabar, dalam artian kuat menghadapi makian dan cacian orang. Dari grogi takut tidak ada tamu yang datang, khawatir makanan kurang dan sebagainya, menjadikan tensi demikian meningkat. Dan reaksi orang benar-benar beda. Kalau kami mendapatkan klien yang sabar dan mempercayakan apa pun hasil kerja kami, alhamdulillah. Sebaliknya, ketika bertemu klien yang bahkan sanggup membuat kami menangis di kamar mandi, harus tetap disyukuri sebagai sebuah pembelajaran. Yang pasti harus tetap keluar lagi di hadapan klien dengan senyuman. Itu paling penting! 

Bagaimana cara Teteh membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga?
Aku agak heran banyak orang menyebut aku sangat-sangat sibuk. Sebenarnya enggak lho! Ada manajemen yang mengatur waktu, terutama terkait jadwal bertemu klien. Dalam seminggu ada tujuh hari, aku pakai untuk bekerja sekitar 5-6 harinya untuk bertemu klien. Itu pun aku lakukan selesai mengurusi kebutuhan rumah tangga. Aku seorang istri dan ibu dengan dua anak. Jadi setiap pagi aku mengurusi mereka dari sarapan, meluangkan waktu untuk berbincang-bincang sampai melengkapi keperluan aktivitas mereka hari itu hingga mereka pergi menuju kesibukan masing-masing, barulah aku pergi ke kantor. Aku bekerja sesuai jadwal yang telah diatur. Aku pakai sistem kantor umum, 9 to 5. Jam lima berarti aku bisa pulang sebelum malam, sekaligus tepat saat anak-anak bangun dari tidur siang. 

Jadi keahlian organizing terpakai juga buat kehidupan Teteh secara keseluruhan?
Ya, itu benar sekali. Aku yakin siapa pun bisa jika memang ada niat mengatur waktu kerjanya agar tidak mengganggu kewajiban mengurusi rumah tangga. Jadi sebenarnya kalau kita bekerja, 9 to 5 itu enak banget. Tidak ada alasan bagi kaum perempuan yang bekerja untuk bilang capek karena telah bekerja keras lantas mengabaikan rumah tangganya. Niat bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anak, tapi sangat disayangkan ketika pulang ke rumah malah mengabaikan anak-anak dari segi kasih sayang. Bisa-bisa mereka malah lebih akrab dengan para pengasuhnya.  

Keterlibatan Mas Teddy, ada tidak?
Dia tidak terlibat langsung di bisnis ini namun keberadaannya sangat membantu sebagai teman sharing. Di saat aku mentok, Teddy yang membantu aku menemukan jalan keluar.  

Terbayang tidak sebelumnya akan mencapai posisi seperti sekarang?
Sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Ternyata mengasyikan. Aku juga dapat belajar banyak. Lewat pekerjaan ini pun aku bisa menjalin tali silaturahim dengan banyak orang dan banyak keluarga baru. 

Kangen enggak dengan dunia entertainment?
Kalau mau dibilang kangen sih, iya kangen. Tapi syukurnya aku masih berada di lingkungan entertainment. Masih ngemsi juga, masih sering berhadapan dengan kamera juga. Jadi masih bisa merasakan juga tampil di hadapan publik walau tidak terlalu heboh. Ya, disesuaikan juga dengan keadaan saya sekarang ini yang sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak. Prioritasnya beda. 

 

Penulis : Redaksi
Editor: Redaksi
Berita Terkait