Raditya Dika, Komika yang Paling Memahami Pengetahuan Teori Stand-Up Comedy

Rizki Adis Abeba | 13 Maret 2016 | 18:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Raditya Dika (31) komedian yang merajai berbagai platform.

Pertama kali menuangkan komedinya lewat blog, ia lalu menjelma menjadi penulis buku-buku komedi terlaris. Kemudian Radit, sapaannya, merambah ke dunia film sebagai pemain, penulis skenario, serta sutradara film-film komedi box office.

Jangan lupa, Radit juga berstatus sebagai komika paling berpengaruh dengan jumlah pengikut Twitter sebanyak 13,1 juta.

Blog Kambing Jantan menjadi blog pertama yang diadaptasi ke novel berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005), yang menjadi bestseller. Sukses Kambing Jantan disusul karya-karya Radit lainnya yang tak kalah fenomenal, seperti Cinta Brontosaurus (2006), Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa (2007), Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang (2008), Marmut Merah Jambu (2010), Manusia Setengah Salmon (2011), dan Koala Kumal (2015).

Semua buku bikinan Radit, kecuali Radikus Makankakus dan Babi Ngesot, diangkat ke lebar. Tiga di antaranya--Cinta Brontosaurus, Manusia Setengah Salmon, dan Marmut Merah Jambu--masuk dalam jajaran film box office. Hebatnya, ketiga film itu disutradarai Radit.

Tahun lalu, Single menjadi karya pertama Radit yang menembus 1,3 juta penonton. Saat ini ia tengah mempersiapkan film terbaru dari buku terakhirnya, Koala Kumal.

Konten komedi pria kelahiran 28 Desember 1984 itu tidak jauh dari kehidupan penggemarnya yang kebanyakan remaja. Radit memahami keresahan dan isu-isu yang dekat dengan kehidupan remaja. Ernest Prakasa mengakui hal ini menjadi kelebihan Radit dibanding komedian lain.

“Dia tahu betul bagaimana cara menempatkan diri kepada penggemarnya. Personal brand Raditya Dika sangat solid di kalangan remaja,” urai Ernest.

Pada 2013, bersama Ernest Prakasa, Pandji, Ryan Adriyandhi, dan Isman, Radit menjadi sosok penting yang ikut membangkitkan stand-up comedy di Indonesia. “Waktu itu tidak ada komika yang memiliki pengetahuan teori stand-up comedy sebaik Radit,” jelas Ernest.

Menjadi juri dan mentor Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV dan Stand Up Comedy Academy di Indosiar, Radit menjadi sosok yang penting dalam membidani lahirnya komika-komika baru di Indonesia. Alih-alih merasa tersaingi, ia senang merangkul komika baru untuk ikut serta dalam proyek-proyek filmnya.

“Sekarang eranya kolaborasi, bukan kompetisi,” ujar Radit.

Radit berharap dunia stand-up comedy di Indonesia bisa terus melahirkan komika-komika berkualitas.

“Mudah-mudahan banyak stand-up comedian yang variatif dan berbeda. Sekarang komika sudah banyak, tapi gimana caranya supaya mereka bisa dilihat berbeda oleh orang-orang, itu yang saya harapkan muncul di komika baru,” pungkasnya.

 

(riz/gur)

 

Penulis : Rizki Adis Abeba
Editor: Rizki Adis Abeba
Berita Terkait