Latief Sitepu, Berkah dari Haji Muhidin Bisa Membelikan Mobil dan Rumah untuk 4 Anaknya

Indra Kurniawan | 17 Juli 2016 | 11:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Sosok Haji Muhidin melekat di hati penonton setia sinetron harian Tukang Bubur Naik Haji (TBNH). Ada saja kelakuannya yang kerap membuat geram.

Meski begitu kehadiran sosok antagonis yang terkenal dengan haji dua kalinya itu selalu ditunggu. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Dia yang membuat cerita TBNH ada geregetnya hingga bertahan lebih dari 2.000 episode.

Di episode-episode awal TBNH 4 tahun lalu sosok Haji Muhidin kalah menonjol dari Haji Sulam yang diperankan Mat Solar. Namun setelah Haji Sulam diceritakan meninggal akibat sakit saat menunaikan ibadah haji, sosok Haji Muhidin menjadi sentral TBNH. 

Adalah Latief Sitepu (74), pemeran Haji Muhidin yang iri, dengki, gila hormat, senang dipuja-puji, mudah dihasut, dan merasa dirinya selalu benar. Di balik antagonisnya, Haji Muhidin membawa berkah bagi Latief. Tidak hanya membuatnya dikenal luas, lebih dari itu taraf ekonomi keluarganya tiga tahun terakhir mengalami peningkatan luar biasa.

"Efeknya tidak hanya dirasakan saya pribadi tapi juga keluarga saya. Dari segi materi misalnya, alhamdulillah. Yang tadinya rumah saya belum mantap, sekarang punya rumah oke di kawasan Cibubur. Empat anak saya, semua saya kasih rumah dan mobil. Mereka enggak minta tapi saya kasih. Semua kebutuhan sudah dijamin Allah. Tinggal diatur," ungkap kakek delapan cucu saat ditemui Bintang di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur.

Ia memercayakan kepada istrinya, Lailawaty Hasibuan, untuk mengelola beberapa petak rumah kontrakan dan sejumlah bidang tanah di Jakarta yang dimilikinya sejak beberapa tahun lalu.

"Saya tidak ikut campur karena tidak bisa membagi waktu. Istri yang mengatur semua. Alhamdulillah sampai detik ini berjalan aman," ungkap Latief.

Dari TBNH pula Latief mewujudkan impiannya beribadah haji pada 2014.

"Semua dari sini (TBNH). Sebelumnya saya berangkat umrah saat masih main FTV Tukang Bubur Naik Haji. Saya tidak keluar uang sepeser pun. Semua dibiayai Bapak Wali Kota Binjai," pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara, 10 Mei 1942, ini mengenang.

 

(ind/gur)

 

Penulis : Indra Kurniawan
Editor: Indra Kurniawan
Berita Terkait