Perjalanan Cinta Tukul Arwana - Susiana (Bagian 3-HABIS): Rahasia Keharmonisan Rumah Tangga

Panditio Rayendra | 24 Agustus 2016 | 15:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Tukul Arwana berduka, istrinya meninggal dunia.

Susiana atau dikenal dengan Susi Similikiti meninggal pada Selasa, 23 Agustus 2016. Kisah cinta Tukul Arwana dan Susiana terbilang unik, romantis dan penuh perjuangan. Sebagaimana dimuat dalam rubrik Jendela Rumah Tangga Tabloid Bintang Indonesia nomor 560, Minggu Kedua Januari 2002.

Tukul bersyukur mendapat seorang istri yang mau menerima keadaannya. Susiana juga mau hidup sederhana dan menerima berapa pun uang yang didapat suami. Juga mampu mengelolanya dengan baik. "Saya bersyukur punya istri yang tidak materialistis dan sangat perhatian pada keluarga. Dia juga memberi kasih sayang secara ikhlas," ujar Tukul.

Kesederhanaan memang tampak menonjol dalam hidup rumah tangga pasangan Tukul-Susiana. Jika ada rezeki, mereka lebih suka menabung. Mereka hidup apa adanya dan tidak suka pamer. Beban yang dipikul Tukul memang lumayan berat. Selain untuk anak-istri, Tukul juga rutin membantu beberapa saudara yang masih menjadi tanggungannya. Tapi Tukul menjalani dengan santai. Pada keluarganya, Tukul hanya bilang, jangan selalu bergantung pada orang lain. "Saya ingin mereka bisa mandiri," kata Tukul.

Dalam mendidik anak semata wayangnya, Tukul lebih mempercayakan pada istrinya. "Biar orangtuanya tidak sarjana, Insya Allah anak saya nanti bisa lebih pintar," harap Tukul.

Soal menentukan kebijakan rumah tangga, Tukul juga menyerahkan pada istrinya. Tukul sadar, waktunya habis untuk syuting di luar. Istrinya pula yang selama ini mengatur keuangan keluarga. Tukul hanya mengingatkan agar tidak lupa menabung dan hidup hemat. Tukul sadar, orang panggung seperti dirinya tidak selamanya di atas. Tidak selamanya pula lancar menerima tawaran manggung atau sinetron. Hasil yang didapat selama ini sudah cukup lumayan bagi diri dan keluarga. Tukul sudah menempati rumahnya sendiri yang sekarang sedang direnovasi. Rencananya, ia juga akan membuat rumah petak untuk kontrakan. "Biar jadi juragan kos," katanya sambil terbahak.

Kalau mengenang perjalanan hidupnya, Tukul patut bersyukur. Dulu, ia pernah menjalani hari-hari sebagai pengamen di blok M. Dua tahun sebagai sopir pribadi, juga pernah jadi penyiar radio yang honornya 75 ribu. Padahal, waktu itu kontrakan rumah sudah seharga 150 ribu rupiah.
Jika mengingat hari-hari memprihatinkan itu, Tukul suka tak percaya sendiri. Kini, dalam rumah yang dibeli dengan hasil keringatnya sendiri, ia menjalani kehidupan rumah tangga yang tentram dengan istri dan anak yang dicintai.

(Slamet Riyadi / ray)

 

Penulis : Panditio Rayendra
Editor: Panditio Rayendra
Berita Terkait